Knowledge and Experience. They just know how to keep me feel alive.....


Thursday, November 15, 2012

First time to Aceh-Weh (Day 2)

Hari kedua kami di Banda Aceh adalah hari pertama bulan Ramadhan di taun ini. Naaahh.. keputusan yang kami bikin untuk pergi saat bulan Ramadhan ke Aceh, bisa dibilang agak-agak bodoh yet challenging. Karena cari makan pas bulan puasa di Aceh itu susaaaaaaahhnya naudzu bilah minzalik. Saya yang emang lagi ga puasa sampe harus ikutan puasa hari itu. Zzzzzzzzz......

Di bulan Ramadhan hampir semua toko tutup sepanjang siang. Kebanyakan toko cuma buka sesaat sebelum buka puasa, terus tutup lagi pas waktunya tarawih dan kembali buka setelah tarawih untuk 1 atau 2 jam saja. Jadi, kami terpaksa skip makan siang hari itu. Untungnya kami masih dapat sarapan roti dari hotel, walopun sarapannya udah disediain dan dikasiin ke kamar dari malam sebelumnya. -_-"

Kami memulai hari kami sedikit lebih siang hari itu. Sekitar jam 11-an kami check-out dari Hotel Lading, tempat kami menginap di Banda Aceh. Dengan bawaan yang lumayan banyak, kami langsung dibawa menuju Pantai Lhok Nga sama Bang Ade naik becaknya. Perjalanan yang lumayan jauh bikin saya rada-rada masuk angin juga waktu itu. Tapi ga ada penyesalan sama sekali, karena saya jatuh cinta sama langit Aceh di sepanjang perjalanan menuju Lhok Nga. Cakeeeeebbb bangeeeett langitnyaaaa!!

 Di perjalanan, kami sempat berhenti sebentar di depan Sasana Budaya Cut Nyak Dhien (Rumoh Aceh), rumah yang dulunya ditinggali pahlawan wanita dari Aceh, Cut Nyak Dhien. Sayangnya, kami ga bisa masuk dan liat-liat lebih banyak karena ditutup. Sedih deh... tapi perjalanan pun dilanjutkan.

(Penampakan rumah Cut Nyak Dhien dari luar)
Akhirnya, setelah hampir menghabiskan 2 jam perjalanan naik becak, kami tiba juga di Lhok Nga. Bah, cantik kali pantainya, kawan! Pasirnya putih bersih, air laut yang jernih berhadapan dengan pohon pinus yang berjajar rapih, dan ada sederetan pondokan teduh di sepanjang pantai. Saya dan Bee ga pake lama-lama langsung lari ke laut.





Puas main-main di pantai, foto-foto dan menunggu Si Bang Ade sholat di tengah pantai, kami pun siap-siap untuk menuju ke pelabuhan Ulee Lheue (baca: Ulele). Sebelum ke Ulee Lheue, kami kembali ke pusat kota dulu untuk beli beberapa cemilan, oleh-oleh dan kopi Sanger sachet. Hehehe sepertinya sekali coba kami langsung ketagihan kopi Sanger.

Sesampainya di Ulee Lheue kami langsung mengucapkan salam perpisahan sama Bang Ade, si abang becak yang baik hati, dan bergegas beli tiket PP kapal cepat ke Pulau Weh (Sabang). Sekedar informasi, harga tiket kapal cepat untuk sekali jalan 75 ribu, tapi kalau beli langsung PP totalnya cuma 110 ribu. Di Ulee Lheue kami janjian ketemuan sama Dea. Ternyata waktu kami memutuskan pergi ke Aceh dan Weh, Dea juga berencana pergi ke sana untuk liburan selama 2 minggu.

Yeaayy.. finally the time has come for us to cross the sea to Pulau Weh, Sabang!

Dari Ulee Lheue ke pelabuhan Balohan (salah satu pelabuhan di Sabang) dengan kapal cepat kira-kira waktu tempuhnya 45 menit. Rasanya baru juga merem sebentar di kapal udah nyampe. Kapal cepatnya cukup nyaman, dingin dan spacious. Mungkin karena lagi ga ramai dan bulan puasa juga, jadi ga terlalu rame. Sampe di Balohan, kami dijemput supir yang udah kami booking dan langsung diantar menuju Iboih (baca: Iboh). Dari dermaga Iboih, kami naik perahu kecil menuju penginapan kami yang letaknya di tepi pantai: Iboih Inn.

Sisa hari kami hari itu kami habiskan dengan snorkeling di depan penginapan kami, bersantai sambil nyemil Lemang dan menikmati pemandangan sunset di Pantai Iboih. It feels like heaven...

(senja di Iboih...)


-Gie-





Monday, November 05, 2012

First time to Aceh-Weh (Day 1)

Okeh, kali ini saya kembali bingung tentang bagaimana menceritakan pengalaman sendiri. Bingung karena terlalu banyak yang mau diceritain, bingung karena kejadian yang dialami selama trip terakhir semuanya menarik, pokoke bingung-bingung ga penting gitu deh. Hakhakhak...

Jadi, seperti yang sudah pernah saya tulis sebelumnya, sekitar 3 bulan lalu, tepat pada saat memasuki bulan Ramadhan, saya pergi ngunjungin kampung halaman Ibu saya. Kurang lebih selama 5 hari 4 malam saya bersama Bee pergi ke Ujung Barat Indonesia, Banda Aceh dan Pulau Weh (Sabang). By the way, Ibu saya sebenarnya keturunan Jawa, tapi karena Kakek saya jaman dulu bertugas di Aceh, jadilah Ibu saya lahir dan tumbuh selama beberapa tahun awal hidupnya di kota Banda Aceh. Sementara itu, Kakek saya adalah Kepala Jawatan Listrik dan Gas (sebelum berubah nama jadi PLN) yang pertama di Aceh dan Sumatra Utara *sombooong* *ya terooosss??*.

Back to the track, saya dan Bee menghabiskan hari pertama dan kedua di Banda Aceh dengan berkeliling kota naik Becak. Becak di Aceh beda sama apa yang biasa kita sebut becak di Jakarta, Bekasi dan sekitarnya. Di sana becaknya bukan becak yang harus digenjot sama si Abang, tapi becak motor. Jadi lebih cepet dan nyaman juga. Ongkos nyewa becak yang kami keluarkan untuk 2 hari itu sekitar 150 ribu rupiah, 100 ribu untuk hari pertama (dari jam 1 siang sampe jam 8 malam) dan 50 ribu untuk hari kedua (dari jam 11 siang sampe jam 3.30 sore). Lumayan kan?

Hari pertama di sana kami cukup memaksimalkan keadaan, karena waktu itu hari terakhir sebelum masuk bulan Ramadhan. Begitu kami tiba di bandara Sultan Iskandar Muda kami langsung naik bus Damri menuju ke pusat kota. Jalanan di Banda Aceh sudah bisa ditebak tidak seramai di Jakarta. Apalagi waktu itu kami pergi hari Jumat, yang ternyata banyak orang tidak berkegiatan apa-apa alias libur di hari itu. (Enak banget ya cyiiiinn tiap Jumat libur :p) Sampai di pusat kota kami bertemu dengan Masjid Raya Baiturrahman. Subhanallah cantik dan megah banget bangunannya. Sayang kami ga bisa masuk karena setiap wanita yang mau masuk ke sana WAJIB pakai rok panjang, ga boleh pakai baju ketat dan harus berkerudung.

Karena ga berjodoh untuk liat dalemnya Masjid Raya Baiturrahman, jadilah kami langsung menuju hotel yang ga jauh dari situ untuk check-in dan istirahat sejenak. Setelahnya petualangan kami dengan si abang Becak sewaan pun dimulai. Tempat pertama yang kami singgahi adalah.......tempat makan! Hahaha. Karena uda kelaperan jadi kami memutuskan makan dulu. Si abang bawa kami ke Dapukupi. Katanya sih tempat ini ngehits banget di Banda. Di sana kami coba Mie Acehnya dan minum Kopi Sanger khas Aceh. Aceh emang terkenal dengan banyaknya warung kupi-warung kupi di pinggir jalan. Ibaratnya kalau ga ngupi ga gaul, man! Dan menurut penilaian kami makanan dan kopi Sanger di Dapukupi enaaaaakk banget dan ga menguras kantong alias murah. Mie Aceh kepiting (1 kepiting full) 25 ribu saja sodara-sodaraaaa... Must try item in Aceh!

Selesai makan, saya langsung request sama si Abang buat bawa kami ke komplek perumahan PLN. Saya penasaran sama rumah masa kecil ibu saya. Dan inilah saya pasang pose di samping bekas rumah tinggal Ibu saya dulu:




Di seberang bekas rumah Ibu saya  ada Taman Putroe Phang. Ga mau rugi dong yaaa mumpung masih ada waktu jadilah kami mampir masuk ke dalam dan liat-liat. Usut punya usut ternyata taman itu terkenal sebagai 'tempat pacaran' anak muda di sana. Naah.. Makanya sering banget ada polisi syariah yang menyatroni taman itu. Pas banget waktu saya keluar dari taman, ada segerombolan polisi syariah dateng. Si Abang langsung buru-buru nyuruh kami pake kerudungan kami dan ngajak cabut dari situ.

Oia, kalau ada yang berminat berlibur ke Aceh dan sekitarnya saya sangat menyarankan untuk berpakaian sopan dan (khusus wanita) mendingan bawa syal/kerudungan gitu deh buat nutupin pala. Yah.. itung-itung ikut menghargai adat dan budaya di sana, daripada jadi tontonan orang-orang karena mengumbar aurat. Ya kaan? :)

Puas berkunjung ke rumah masa kecil Ibu dan Putroe Phang, kami melanjutkan perjalanan buat ngeliat bekas kapal yang kebawa Tsunami sampai ke tengah kota. Begitu ngelihat "PLTD Apung 1"di tengah perumahan penduduk, saya baru sadar betapa dahsyatnya Tsunami yang menghantam Aceh beberapa tahun lalu. Gilaaaaa kapal segede gaban dan seberat dosa gitu bisa kebawa dari laut sampe ke tengah-tengah pemukiman penduduk!!


Hari itu kami juga ngunjungin satu lokasi lainnya, "Kapal di Atas Rumah Lampulo". Di situ ada kapal nelayan yang nyangsang di atas rumah orang. Bikin ngelus dada ngeliatnya, karena jadi kebayang banget suasana waktu kejadian Tsunami dulu. :(



Di sisa hari pertama, kami juga pergi ke tugu Aceh Thanks The World dan mejeng depan Museum Tsunami. Cuma mejeng doang karena keburu tutup museumnya gara-gara udah kesorean. -_-"

Anyhow, we had so much fun at day 1 and so excited for day 2! Cerita hari keduanya akan saya posting sesegera mungkin. Mohon ditunggu dan sabar ya para pembaca yang budiman. (Macam banyak aje pembacanya). Hehehe.
('▿^)♉


-Gie-