Saya dan kakak perempuan saya mungkin adalah dua manusia yang memiliki latar belakang dan karakter yang mirip. Karena terlalu mirip, kadang kami jadi tidak cocok satu sama lain. Contohnya: saya orang yang keras, dia juga. Saya tidak sabaran, dia juga. Saya suka traveling, dia juga. Perbedaan kami mungkin hanyalah saya cantik, keren, pintar dan gaul, tapi sayangnya dia tidak. Hahaha.
Anyway, saya orang yang senang bepergian, liburan, untuk menghilangkan stress. Biasanya saya memilih untuk pergi keluar dengan teman-teman atau pacar saya. Kakak saya juga begitu. Tapi bukan berarti kami tidak pernah pergi bersama-sama sekeluarga. Hanya saja tidak pernah terpikir oleh kami berdua untuk menghabiskan waktu pergi ke luar kota hanya berdua saja.Mungkin buat dia, saya adalah orang terakhir dalam list "orang yang akan gw ajak hang-out/liburan bareng" punyanya. Karena saya tahu betul, kalau saya bepergian dengan dia , hanya berdua, sepanjang perjalanan kami pasti hanya diisi oleh adu mulut antara saya dan dia.
Tapi herannya beberapa weekend lalu kami memutuskan untuk pergi menjelajah tempat baru berdua saja. Kami, hanya saya dan kakak perempuan saya, pergi ke sebuah tempat yang benar-benar asing dan baru bagi kami berdua. Kami pergi mengunjungi negeri tetangga, negeri Singapura. Kebetulan saat itu kami berhasil mendapat tiket murah untuk berkunjung ke sana, hanya sekitar Rp 380,000.- PP/orang. Dan rencana kami hanyalah untuk menjelajahi negara tersebut dalam satu hari (berlagak seperti orang kaya, hehehe).
Perjalanan ini berjalan lancar di awal. Kami tidak banyak ribut, walaupun sekali dua kali kami bertingkah seperti bocah, adu argumen tentang giliran siapa untuk bertanya arah pada orang lain. Maklum, kami sama-sama belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di negara tersebut, jadi harus sering bertanya -_-". Kami pergi mengunjungi cukup banyak tempat, mulai dari Merlion Park, Sentosa Island, Orchad Road sampai Bugis Street. Semua itu dalam waktu satu hari saja. Jadi bisa dibayangkan bagaimana rasanya kaki saya setelah menjelajahi banyak tempat tersebut dalam waktu singkat. Mau copot rasanya!!
Usai berkeliling negeri imut itu, sudah terbayang di pikiran saya, kasur empuk ditemani bantal dan guling yang nyaman menunggu saya di rumah. Saya hanya perlu duduk manis di dalam pesawat selama perjalanan pulang, mengistirahatkan kaki saya sejenak sebelum saya benar-benar bisa merebahkan badan di tempat tidur kesayangan saya dan beristirahat. Sialnya, semua bayangan itu langsung sirna, begitu kami membaca bahwa penerbangan kami kembali ke Jakarta : DICANCEL! (T_T)
Mendengar berita itu kami sempat panik, tapi saya berusaha tetap tenang. Airlines kami bukan tanpa alasan membatalkan penerbangan ke Jakarta. Mereka membatalkan semua penerbangan ke Jakarta saat itu karena menerima kabar bahwa abu vulkanik dari letusan gunung merapi sudah sampai di wilayah udara kota Jakarta, sehingga bisa mengganggu jalannya penerbangan. Jadi kami tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Walaupun dalam hati saya panik dan ketar-ketir karena tidak bisa pulang, saya tetap berusaha stay cool, bahkan berusaha menenangkan kakak perempuan saya yang lebay dan panik akut. *sigh*
Akhirnya, dipaksa oleh keadaan, kami memutuskan untuk bermalam di Singapura. Menghibur diri, kami menghabiskan malam di Clarke Quay dengan uang pas-pasan. Dan setengah perjalanan kami pun mulai terjadi seperti yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya. Mulai dari tidak bisa menarik uang di mesin ATM padahal kami sudah kehabisan uang, sampai bertemu petugas imigrasi super menyebalkan yang membuat kami hampir ketinggalan kapal ferry yang akan membawa kami ke Batam, yang pada akhirnya bisa menyebabkan kami ketinggalan pesawat di bandara Hang Nadim (Batam), yang berarti kami akan kehilangan uang dengan sia-sia dan terperangkap di sana. (Lebaaayy... :-p )
Ya, kami memutuskan untuk kembali ke Jakarta melalui Batam! Saya yang akhirnya mengambil keputusan itu. Karena setelah mencari informasi sana-sini, ternyata hanya airlines-airlines asing saja yang menutup penerbangan menuju Jakarta selama beberapa hari ke depan, hingga batas waktu yang belum diketahui. Sementara airlines milik Indonesia tetap membuka jalur Singapura-Jakarta. Dan lagi-lagi sialnya, kami kehabisan tiket pesawat menuju Jakarta dari airlines lain tersebut. Makanya, bukan tanpa alasan saya memutuskan untuk kembali ke Jakarta lewat Batam.
Ternyata bukan hanya kami yang berpikiran seperti ini. Banyak orang yang nasibnya tidak jauh berbeda dengan kami, yang akhirnya memutuskan mengambil jalur Singapura-Batam-Jakarta. Jadi, akhirnya kami harus menaiki ferry terlebih dahulu menuju Pulau Batam, dan baru dari sana kami naik pesawat menuju Jakarta. Kalau mengingat kejadian-kejadian yang terjadi selama setengah terakhir perjalanan kami ini, rasanya saya ingin tertawa terus, karena kekonyolan-kekonyolan (yang sebetulnya cukup menyebalkan) yang menimpa kami. Tapi untungnya, pada akhirnya, kami bisa selamat kembali ke kota nan padat, Jakarta. :)
Perjalanan singkat kami mungkin terlihat biasa saja. Tapi untuk saya dan kakak perempuan saya, perjalanan ini setidaknya mengajarkan kami sesuatu. Meskipun sering beradu argumen dan tidak cocok satu dan lainnya, pada dasarnya kami tetaplah kakak dan adik yang saling peduli satu sama lain, kami bisa saling menjaga, saling support dalam situasi-situasi yang mengharuskan kami menahan ego kami demi mencapai keputusan bersama. Dan pada saat perjalanan ini berakhir, partner perjalanan saya berkata "Yak, kita lulus ikut 'Amazing Race'!"
Peace,
Gie
No comments:
Post a Comment