Kami memulai hari kami sedikit lebih siang hari itu. Sekitar jam 11-an kami check-out dari Hotel Lading, tempat kami menginap di Banda Aceh. Dengan bawaan yang lumayan banyak, kami langsung dibawa menuju Pantai Lhok Nga sama Bang Ade naik becaknya. Perjalanan yang lumayan jauh bikin saya rada-rada masuk angin juga waktu itu. Tapi ga ada penyesalan sama sekali, karena saya jatuh cinta sama langit Aceh di sepanjang perjalanan menuju Lhok Nga. Cakeeeeebbb bangeeeett langitnyaaaa!!
Di perjalanan, kami sempat berhenti sebentar di depan Sasana Budaya Cut Nyak Dhien (Rumoh Aceh), rumah yang dulunya ditinggali pahlawan wanita dari Aceh, Cut Nyak Dhien. Sayangnya, kami ga bisa masuk dan liat-liat lebih banyak karena ditutup. Sedih deh... tapi perjalanan pun dilanjutkan.
(Penampakan rumah Cut Nyak Dhien dari luar)
Puas main-main di pantai, foto-foto dan menunggu Si Bang Ade sholat di tengah pantai, kami pun siap-siap untuk menuju ke pelabuhan Ulee Lheue (baca: Ulele). Sebelum ke Ulee Lheue, kami kembali ke pusat kota dulu untuk beli beberapa cemilan, oleh-oleh dan kopi Sanger sachet. Hehehe sepertinya sekali coba kami langsung ketagihan kopi Sanger.
Yeaayy.. finally the time has come for us to cross the sea to Pulau Weh, Sabang!
Dari Ulee Lheue ke pelabuhan Balohan (salah satu pelabuhan di Sabang) dengan kapal cepat kira-kira waktu tempuhnya 45 menit. Rasanya baru juga merem sebentar di kapal udah nyampe. Kapal cepatnya cukup nyaman, dingin dan spacious. Mungkin karena lagi ga ramai dan bulan puasa juga, jadi ga terlalu rame. Sampe di Balohan, kami dijemput supir yang udah kami booking dan langsung diantar menuju Iboih (baca: Iboh). Dari dermaga Iboih, kami naik perahu kecil menuju penginapan kami yang letaknya di tepi pantai: Iboih Inn.
Sisa hari kami hari itu kami habiskan dengan snorkeling di depan penginapan kami, bersantai sambil nyemil Lemang dan menikmati pemandangan sunset di Pantai Iboih. It feels like heaven...
(senja di Iboih...)
-Gie-