Hooooaaaaaa...
Saya sedih punya banyak hutang. Bukan hutang uang, tapi hutang tulisan. Sedih karena susah banget meluangkan waktu untuk nulis. Mungkin saya sekarang sudah terlalu diperbudak oleh pekerjaan. Huuuuu... :"(
Banyak banget yang mau diceritain. Belum mulai nulis dan menyelesaikan cerita tentang Aceh-Weh, hari ketiga sampai kelima. Belum lagi mau cerita tentang liburan ke Lombok-Gili beberapa waktu lalu. Ada juga cerita tentang Lalita project yang kedua, setelah sekian lama. Belum pula mau curhat tentang kegalauan-kegalauan (masih jamaaaannnn???).
Pokoknya saya sedih. Kembalikan masa mudakuuuu!!! *loh*
-Gie yang sedang sedih-
Knowledge and Experience. They just know how to keep me feel alive.....
Tuesday, December 18, 2012
Thursday, November 15, 2012
First time to Aceh-Weh (Day 2)
Hari kedua kami di Banda Aceh adalah hari pertama bulan Ramadhan di taun ini. Naaahh.. keputusan yang kami bikin untuk pergi saat bulan Ramadhan ke Aceh, bisa dibilang agak-agak bodoh yet challenging. Karena cari makan pas bulan puasa di Aceh itu susaaaaaaahhnya naudzu bilah minzalik. Saya yang emang lagi ga puasa sampe harus ikutan puasa hari itu. Zzzzzzzzz......
Di bulan Ramadhan hampir semua toko tutup sepanjang siang. Kebanyakan toko cuma buka sesaat sebelum buka puasa, terus tutup lagi pas waktunya tarawih dan kembali buka setelah tarawih untuk 1 atau 2 jam saja. Jadi, kami terpaksa skip makan siang hari itu. Untungnya kami masih dapat sarapan roti dari hotel, walopun sarapannya udah disediain dan dikasiin ke kamar dari malam sebelumnya. -_-"
Kami memulai hari kami sedikit lebih siang hari itu. Sekitar jam 11-an kami check-out dari Hotel Lading, tempat kami menginap di Banda Aceh. Dengan bawaan yang lumayan banyak, kami langsung dibawa menuju Pantai Lhok Nga sama Bang Ade naik becaknya. Perjalanan yang lumayan jauh bikin saya rada-rada masuk angin juga waktu itu. Tapi ga ada penyesalan sama sekali, karena saya jatuh cinta sama langit Aceh di sepanjang perjalanan menuju Lhok Nga. Cakeeeeebbb bangeeeett langitnyaaaa!!
Di perjalanan, kami sempat berhenti sebentar di depan Sasana Budaya Cut Nyak Dhien (Rumoh Aceh), rumah yang dulunya ditinggali pahlawan wanita dari Aceh, Cut Nyak Dhien. Sayangnya, kami ga bisa masuk dan liat-liat lebih banyak karena ditutup. Sedih deh... tapi perjalanan pun dilanjutkan.
Akhirnya, setelah hampir menghabiskan 2 jam perjalanan naik becak, kami tiba juga di Lhok Nga. Bah, cantik kali pantainya, kawan! Pasirnya putih bersih, air laut yang jernih berhadapan dengan pohon pinus yang berjajar rapih, dan ada sederetan pondokan teduh di sepanjang pantai. Saya dan Bee ga pake lama-lama langsung lari ke laut.
Puas main-main di pantai, foto-foto dan menunggu Si Bang Ade sholat di tengah pantai, kami pun siap-siap untuk menuju ke pelabuhan Ulee Lheue (baca: Ulele). Sebelum ke Ulee Lheue, kami kembali ke pusat kota dulu untuk beli beberapa cemilan, oleh-oleh dan kopi Sanger sachet. Hehehe sepertinya sekali coba kami langsung ketagihan kopi Sanger.
Sesampainya di Ulee Lheue kami langsung mengucapkan salam perpisahan sama Bang Ade, si abang becak yang baik hati, dan bergegas beli tiket PP kapal cepat ke Pulau Weh (Sabang). Sekedar informasi, harga tiket kapal cepat untuk sekali jalan 75 ribu, tapi kalau beli langsung PP totalnya cuma 110 ribu. Di Ulee Lheue kami janjian ketemuan sama Dea. Ternyata waktu kami memutuskan pergi ke Aceh dan Weh, Dea juga berencana pergi ke sana untuk liburan selama 2 minggu.
Yeaayy.. finally the time has come for us to cross the sea to Pulau Weh, Sabang!
Dari Ulee Lheue ke pelabuhan Balohan (salah satu pelabuhan di Sabang) dengan kapal cepat kira-kira waktu tempuhnya 45 menit. Rasanya baru juga merem sebentar di kapal udah nyampe. Kapal cepatnya cukup nyaman, dingin dan spacious. Mungkin karena lagi ga ramai dan bulan puasa juga, jadi ga terlalu rame. Sampe di Balohan, kami dijemput supir yang udah kami booking dan langsung diantar menuju Iboih (baca: Iboh). Dari dermaga Iboih, kami naik perahu kecil menuju penginapan kami yang letaknya di tepi pantai: Iboih Inn.
Sisa hari kami hari itu kami habiskan dengan snorkeling di depan penginapan kami, bersantai sambil nyemil Lemang dan menikmati pemandangan sunset di Pantai Iboih. It feels like heaven...
-Gie-
Di bulan Ramadhan hampir semua toko tutup sepanjang siang. Kebanyakan toko cuma buka sesaat sebelum buka puasa, terus tutup lagi pas waktunya tarawih dan kembali buka setelah tarawih untuk 1 atau 2 jam saja. Jadi, kami terpaksa skip makan siang hari itu. Untungnya kami masih dapat sarapan roti dari hotel, walopun sarapannya udah disediain dan dikasiin ke kamar dari malam sebelumnya. -_-"
Kami memulai hari kami sedikit lebih siang hari itu. Sekitar jam 11-an kami check-out dari Hotel Lading, tempat kami menginap di Banda Aceh. Dengan bawaan yang lumayan banyak, kami langsung dibawa menuju Pantai Lhok Nga sama Bang Ade naik becaknya. Perjalanan yang lumayan jauh bikin saya rada-rada masuk angin juga waktu itu. Tapi ga ada penyesalan sama sekali, karena saya jatuh cinta sama langit Aceh di sepanjang perjalanan menuju Lhok Nga. Cakeeeeebbb bangeeeett langitnyaaaa!!
Di perjalanan, kami sempat berhenti sebentar di depan Sasana Budaya Cut Nyak Dhien (Rumoh Aceh), rumah yang dulunya ditinggali pahlawan wanita dari Aceh, Cut Nyak Dhien. Sayangnya, kami ga bisa masuk dan liat-liat lebih banyak karena ditutup. Sedih deh... tapi perjalanan pun dilanjutkan.
(Penampakan rumah Cut Nyak Dhien dari luar)
Puas main-main di pantai, foto-foto dan menunggu Si Bang Ade sholat di tengah pantai, kami pun siap-siap untuk menuju ke pelabuhan Ulee Lheue (baca: Ulele). Sebelum ke Ulee Lheue, kami kembali ke pusat kota dulu untuk beli beberapa cemilan, oleh-oleh dan kopi Sanger sachet. Hehehe sepertinya sekali coba kami langsung ketagihan kopi Sanger.
Sesampainya di Ulee Lheue kami langsung mengucapkan salam perpisahan sama Bang Ade, si abang becak yang baik hati, dan bergegas beli tiket PP kapal cepat ke Pulau Weh (Sabang). Sekedar informasi, harga tiket kapal cepat untuk sekali jalan 75 ribu, tapi kalau beli langsung PP totalnya cuma 110 ribu. Di Ulee Lheue kami janjian ketemuan sama Dea. Ternyata waktu kami memutuskan pergi ke Aceh dan Weh, Dea juga berencana pergi ke sana untuk liburan selama 2 minggu.
Yeaayy.. finally the time has come for us to cross the sea to Pulau Weh, Sabang!
Dari Ulee Lheue ke pelabuhan Balohan (salah satu pelabuhan di Sabang) dengan kapal cepat kira-kira waktu tempuhnya 45 menit. Rasanya baru juga merem sebentar di kapal udah nyampe. Kapal cepatnya cukup nyaman, dingin dan spacious. Mungkin karena lagi ga ramai dan bulan puasa juga, jadi ga terlalu rame. Sampe di Balohan, kami dijemput supir yang udah kami booking dan langsung diantar menuju Iboih (baca: Iboh). Dari dermaga Iboih, kami naik perahu kecil menuju penginapan kami yang letaknya di tepi pantai: Iboih Inn.
Sisa hari kami hari itu kami habiskan dengan snorkeling di depan penginapan kami, bersantai sambil nyemil Lemang dan menikmati pemandangan sunset di Pantai Iboih. It feels like heaven...
(senja di Iboih...)
-Gie-
Monday, November 05, 2012
First time to Aceh-Weh (Day 1)
Jadi, seperti yang sudah pernah saya tulis sebelumnya, sekitar 3 bulan lalu, tepat pada saat memasuki bulan Ramadhan, saya pergi ngunjungin kampung halaman Ibu saya. Kurang lebih selama 5 hari 4 malam saya bersama Bee pergi ke Ujung Barat Indonesia, Banda Aceh dan Pulau Weh (Sabang). By the way, Ibu saya sebenarnya keturunan Jawa, tapi karena Kakek saya jaman dulu bertugas di Aceh, jadilah Ibu saya lahir dan tumbuh selama beberapa tahun awal hidupnya di kota Banda Aceh. Sementara itu, Kakek saya adalah Kepala Jawatan Listrik dan Gas (sebelum berubah nama jadi PLN) yang pertama di Aceh dan Sumatra Utara *sombooong* *ya terooosss??*.
Back to the track, saya dan Bee menghabiskan hari pertama dan kedua di Banda Aceh dengan berkeliling kota naik Becak. Becak di Aceh beda sama apa yang biasa kita sebut becak di Jakarta, Bekasi dan sekitarnya. Di sana becaknya bukan becak yang harus digenjot sama si Abang, tapi becak motor. Jadi lebih cepet dan nyaman juga. Ongkos nyewa becak yang kami keluarkan untuk 2 hari itu sekitar 150 ribu rupiah, 100 ribu untuk hari pertama (dari jam 1 siang sampe jam 8 malam) dan 50 ribu untuk hari kedua (dari jam 11 siang sampe jam 3.30 sore). Lumayan kan?
Hari pertama di sana kami cukup memaksimalkan keadaan, karena waktu itu hari terakhir sebelum masuk bulan Ramadhan. Begitu kami tiba di bandara Sultan Iskandar Muda kami langsung naik bus Damri menuju ke pusat kota. Jalanan di Banda Aceh sudah bisa ditebak tidak seramai di Jakarta. Apalagi waktu itu kami pergi hari Jumat, yang ternyata banyak orang tidak berkegiatan apa-apa alias libur di hari itu. (Enak banget ya cyiiiinn tiap Jumat libur :p) Sampai di pusat kota kami bertemu dengan Masjid Raya Baiturrahman. Subhanallah cantik dan megah banget bangunannya. Sayang kami ga bisa masuk karena setiap wanita yang mau masuk ke sana WAJIB pakai rok panjang, ga boleh pakai baju ketat dan harus berkerudung.
Karena ga berjodoh untuk liat dalemnya Masjid Raya Baiturrahman, jadilah kami langsung menuju hotel yang ga jauh dari situ untuk check-in dan istirahat sejenak. Setelahnya petualangan kami dengan si abang Becak sewaan pun dimulai. Tempat pertama yang kami singgahi adalah.......tempat makan! Hahaha. Karena uda kelaperan jadi kami memutuskan makan dulu. Si abang bawa kami ke Dapukupi. Katanya sih tempat ini ngehits banget di Banda. Di sana kami coba Mie Acehnya dan minum Kopi Sanger khas Aceh. Aceh emang terkenal dengan banyaknya warung kupi-warung kupi di pinggir jalan. Ibaratnya kalau ga ngupi ga gaul, man! Dan menurut penilaian kami makanan dan kopi Sanger di Dapukupi enaaaaakk banget dan ga menguras kantong alias murah. Mie Aceh kepiting (1 kepiting full) 25 ribu saja sodara-sodaraaaa... Must try item in Aceh!
Selesai makan, saya langsung request sama si Abang buat bawa kami ke komplek perumahan PLN. Saya penasaran sama rumah masa kecil ibu saya. Dan inilah saya pasang pose di samping bekas rumah tinggal Ibu saya dulu:
Di seberang bekas rumah Ibu saya ada Taman Putroe Phang. Ga mau rugi dong yaaa mumpung masih ada waktu jadilah kami mampir masuk ke dalam dan liat-liat. Usut punya usut ternyata taman itu terkenal sebagai 'tempat pacaran' anak muda di sana. Naah.. Makanya sering banget ada polisi syariah yang menyatroni taman itu. Pas banget waktu saya keluar dari taman, ada segerombolan polisi syariah dateng. Si Abang langsung buru-buru nyuruh kami pake kerudungan kami dan ngajak cabut dari situ.
Oia, kalau ada yang berminat berlibur ke Aceh dan sekitarnya saya sangat menyarankan untuk berpakaian sopan dan (khusus wanita) mendingan bawa syal/kerudungan gitu deh buat nutupin pala. Yah.. itung-itung ikut menghargai adat dan budaya di sana, daripada jadi tontonan orang-orang karena mengumbar aurat. Ya kaan? :)
Puas berkunjung ke rumah masa kecil Ibu dan Putroe Phang, kami melanjutkan perjalanan buat ngeliat bekas kapal yang kebawa Tsunami sampai ke tengah kota. Begitu ngelihat "PLTD Apung 1"di tengah perumahan penduduk, saya baru sadar betapa dahsyatnya Tsunami yang menghantam Aceh beberapa tahun lalu. Gilaaaaa kapal segede gaban dan seberat dosa gitu bisa kebawa dari laut sampe ke tengah-tengah pemukiman penduduk!!
Hari itu kami juga ngunjungin satu lokasi lainnya, "Kapal di Atas Rumah Lampulo". Di situ ada kapal nelayan yang nyangsang di atas rumah orang. Bikin ngelus dada ngeliatnya, karena jadi kebayang banget suasana waktu kejadian Tsunami dulu. :(
Di sisa hari pertama, kami juga pergi ke tugu Aceh Thanks The World dan mejeng depan Museum Tsunami. Cuma mejeng doang karena keburu tutup museumnya gara-gara udah kesorean. -_-"
Anyhow, we had so much fun at day 1 and so excited for day 2! Cerita hari keduanya akan saya posting sesegera mungkin. Mohon ditunggu dan sabar ya para pembaca yang budiman. (Macam banyak aje pembacanya). Hehehe.
('▿^)♉
-Gie-
Friday, August 31, 2012
Saturday, August 25, 2012
Blissful Day!
I just celebrated my birthday 3 days ago. It was special. First of all I
want to say thanks a lot (once again) to these two people: Robin and
Bee, who successfully made my birthday become a very special one. I love
you guys, more and more each day. (˘⌣˘)ε˘`)
So... these two people and some of my close friends, with 1/2 dozen of cupcakes and candles on it, came to my house and surprised me at midnight. I was shocked (in a good way) and so not ready for that. But hell yeah, I was really happy! Thanks buddies..
Besides that surprise, I've got two phone calls from The Netherlands. It was from Erik (Bee's boyfie) and Ma Joke (Robin's mom). I feel so loved and blessed at the moment. :")
On my birthday, Robin and Bee rented a car plus the driver for me. They took me to my campus. God, I miss that place so much! Lots of good memories I've had there. So, we went there and took some pics. After that, we went to Senayan City (Sency) for lunch.
Bee said that she needs to meet her colleague in Sency, too. Then when we finished our lunch, we went upstairs to catch up with her colleague. But then.... I got another surprise! Suddenly there were my college friends came out of nowhere holding a plate of pancakes with candles on it. Aaahh Ik ben HARTSTIKKE BLIJ!! Ik dank jullie wel voor de verrassing, meisjes!
My birthday story isn't over yet. Around 4pm Robin and Bee took me to Ancol, we spent about one and half hour there, doing nothing but walking around and chit-chatting. Geez, I almost forgot to mention that I also got two phone calls from Bandung and Bali. Thanks for calling me, Kak Ocha and Kak Dea. Glad to hear your voices kakaaa.. :-)
Anyway, from Ancol I was taken to one of my favorite restaurant in Southern Jakarta for birthday dinner. I ordered my favorite food and drink as usual. Again... another sweet surprise happened: Apparently the woman that I love the most in my life came and joined us for dinner, My Mom! Not only that, Nick (Robin's friend) also joined us that night. Even I've got another phone call from far far away land, but this time from Oma Hinke (Robin's grandma). And indeed there was another cake and candles to blow, to close my birthday.
I am extremely grateful for that day. I wish the day would never end, but sadly it has to end. Though I decided to end my day with one big smile on my face and being grateful for whatever God has given to me. Beautiful day with beautiful people around. And I hope there will be more of that for the next years to come.... Amen.
-Gie-
So... these two people and some of my close friends, with 1/2 dozen of cupcakes and candles on it, came to my house and surprised me at midnight. I was shocked (in a good way) and so not ready for that. But hell yeah, I was really happy! Thanks buddies..
Besides that surprise, I've got two phone calls from The Netherlands. It was from Erik (Bee's boyfie) and Ma Joke (Robin's mom). I feel so loved and blessed at the moment. :")
On my birthday, Robin and Bee rented a car plus the driver for me. They took me to my campus. God, I miss that place so much! Lots of good memories I've had there. So, we went there and took some pics. After that, we went to Senayan City (Sency) for lunch.
Bee said that she needs to meet her colleague in Sency, too. Then when we finished our lunch, we went upstairs to catch up with her colleague. But then.... I got another surprise! Suddenly there were my college friends came out of nowhere holding a plate of pancakes with candles on it. Aaahh Ik ben HARTSTIKKE BLIJ!! Ik dank jullie wel voor de verrassing, meisjes!
My birthday story isn't over yet. Around 4pm Robin and Bee took me to Ancol, we spent about one and half hour there, doing nothing but walking around and chit-chatting. Geez, I almost forgot to mention that I also got two phone calls from Bandung and Bali. Thanks for calling me, Kak Ocha and Kak Dea. Glad to hear your voices kakaaa.. :-)
Anyway, from Ancol I was taken to one of my favorite restaurant in Southern Jakarta for birthday dinner. I ordered my favorite food and drink as usual. Again... another sweet surprise happened: Apparently the woman that I love the most in my life came and joined us for dinner, My Mom! Not only that, Nick (Robin's friend) also joined us that night. Even I've got another phone call from far far away land, but this time from Oma Hinke (Robin's grandma). And indeed there was another cake and candles to blow, to close my birthday.
I am extremely grateful for that day. I wish the day would never end, but sadly it has to end. Though I decided to end my day with one big smile on my face and being grateful for whatever God has given to me. Beautiful day with beautiful people around. And I hope there will be more of that for the next years to come.... Amen.
-Gie-
Thursday, July 19, 2012
Coin A Chance
I've just read Meida's blog today. She is one of my friends in college that really love to write. You can check her blog here.
Two days ago, she wrote about one program called "Coin A Chance". This is a social movement that started in Jakarta on December 2008. We can easily join the program by collecting coins and drop them in the drop zones. Later on, those coins will be used for sending the unfortunate kids back to school. Yup, we can give them a chance to learn at school just by giving coins. Isn't it cool?
If any of you are interested in this program, but do not know how to join, you can check the program by clicking here. Or you can just simply contact me to give the coins you have. It would be a pleasure for me to accept those coins and drop them directly at the drop zones.
Two days ago, she wrote about one program called "Coin A Chance". This is a social movement that started in Jakarta on December 2008. We can easily join the program by collecting coins and drop them in the drop zones. Later on, those coins will be used for sending the unfortunate kids back to school. Yup, we can give them a chance to learn at school just by giving coins. Isn't it cool?
If any of you are interested in this program, but do not know how to join, you can check the program by clicking here. Or you can just simply contact me to give the coins you have. It would be a pleasure for me to accept those coins and drop them directly at the drop zones.
(pic)
So, let's help kids get back to school!Wednesday, July 18, 2012
26 (and I wish...)
In a couple weeks I will turn 26. Aha! Another year has passed. I believe age is just a matter of number. But sometimes (let's just say often) I have this one question in my mind, "What have I done all my life?" :-s
That one question is easy to ask, but hard to answer. I wish I could just give myself (and others) the answer easily like: "I have done this, and that, and oh yes that one also. Not to forget to mention I've done those too."
Yeah, I wish!
I wish for that and I wish my life will be more awesome each years.
Dear God, thanks for the great life, so far and sorry for keep saying I wish.....
That one question is easy to ask, but hard to answer. I wish I could just give myself (and others) the answer easily like: "I have done this, and that, and oh yes that one also. Not to forget to mention I've done those too."
Yeah, I wish!
I wish for that and I wish my life will be more awesome each years.
Dear God, thanks for the great life, so far and sorry for keep saying I wish.....
(pic)
My beloved desk 3
Here it is.....
I have a new member on my chair: The Nerd Emoticon Pillow! Well, not only me that have the emoticon pillow as a new member, most of my colleagues have it too. But, why I choose the nerd one? Simple answer, because it reminds me of my nerdy boyfriend. Haha! Peace, dear.. *kiss2*
So, what do you think about my new desk? For me it is a much better desk, compare to my first and second one.
I have a new member on my chair: The Nerd Emoticon Pillow! Well, not only me that have the emoticon pillow as a new member, most of my colleagues have it too. But, why I choose the nerd one? Simple answer, because it reminds me of my nerdy boyfriend. Haha! Peace, dear.. *kiss2*
So, what do you think about my new desk? For me it is a much better desk, compare to my first and second one.
Tuesday, July 17, 2012
I just can't wait!
For the past few days, my colleagues and I were extremely busy since we have to move to our new premises. We have to pack lots of stuffs, documents, bantex, folders, etc. Boxes were everywhere. Then we have to unpack and put them in order at the new place. It was tiring yet exciting. Our new office is way bigger than the old one. We get new (bigger) desk, chair and computer screen. We loooooooveeeeee it! :-p
After those hecticness I had, I just can't wait to go for some relaxing days at the beach. Yup, this weekend I am going to have another trip for 5 days. This time I choose to go to my mom's hometown. I am so excited to see the place where my mom was born. And of course not only to see my mom's hometown, I am also really really excited to do deep dive there. Yeay!!
This trip is just what I need for now. So, I can't wait any longer. *grin*
After those hecticness I had, I just can't wait to go for some relaxing days at the beach. Yup, this weekend I am going to have another trip for 5 days. This time I choose to go to my mom's hometown. I am so excited to see the place where my mom was born. And of course not only to see my mom's hometown, I am also really really excited to do deep dive there. Yeay!!
This trip is just what I need for now. So, I can't wait any longer. *grin*
Friday, June 29, 2012
Ke atas sedikit, ke bawah sedikit
Mood untuk nulis itu emang bisa datang kapan aja. Kalau lagi ngeliat atau ngalamin kejadian apa, biasanya mood saya untuk nulis langsung nongol dan ga bisa deh tuh ditunda lama-lama. Kebetulan mood itu menghampiri saya sekarang karena siang tadi saya dan teman saya memutuskan untuk makan siang di gedung seberang kantor kami, dan mau ga mau kami harus lewat jembatan penyeberangan.
Saat-saat lewat jembatan penyeberangan selalu jadi momen bagi saya untuk "melihat" ke atas sedikit dan ke bawah sedikit. Maksudnya begini, ketika berjalan melewati jembatan penyeberangan pandangan kita akan menjadi lebih luas untuk melihat apa yang ada ke sekeliling kita, entah itu mobil-mobil yang lewat di bawah jembatan, pedagang-pedagang yang ada di ujung kanan-kiri dan sepanjang jembatan, orang-orang yang naik turun bis, gedung-gedung megah di sekitar atau bahkan pengemis-pengemis yang ada di sepanjang jembatan dan masih banyak lagi. Nah, siang tadi pandangan saya tertuju pada 3 hal: mobil-mobil mewah di bawah jembatan (walaupun agak ngeri sebenernya ngeliat ke jalanan), salah satu gedung di pinggir jalan, dan pengemis yang ada di ujung jembatan.
Waktu saya melihat mobil-mobil mewah yang lewat di jembatan saya berpikir dan berkata dalam hati, "Kapan ya gue bisa beli mobil idaman gue pake uang sendiri? Mau ke mana-mana enak, gampang!" Kemudian saya beralih melihat ke sebuah gedung dan berkhayal, "Asik banget kali ya kalo jadi bos. Suatu hari nanti gue pengen banget nyewa salah satu ruangan di gedung itu untuk kantor gue dan team." Dan terakhir, mata saya terpaku pada pengemis, seorang anak laki-laki yang anggota tubuhnya ga sempurna dan berumur kira-kira 15-an, di ujung jembatan dan membuat saya berbisik dalam hati "Ya Tuhan, gue beruntung banget lahir dalam keluarga gue dengan kondisi tubuh yang sempurna. Gue bisa nyelesein sekolah sampe kuliah dan bisa kerja seperti sekarang. Karena kalo ga, mungkin aja gue luntang-lantung ga jelas kayak anak itu."
Ya, menengok ke atas dan ke bawah. Ke atas dalam artian melihat keberhasilan orang, merasa ingin mengalami apa yang orang lain alami, ingin memiliki apa yang orang lain miliki, atau ingin merasakan berada di posisi orang-orang yang lebih beruntung dari saya. Saya menjadikan itu semua cambuk buat saya mendapatkan apa yang saya inginkan, mencapai target, dan menjadi manusia yang lebih baik. Ke bawah berarti menyadari bahwa masih banyak orang-orang yang tidak seberuntung saya, bahwa ada orang-orang yang ingin bertukar posisi dengan saya, dan saya menjadikan itu sebagai momen untuk mensyukuri semua yang sudah saya alami sampai detik ini.
Saya yakin kalau bukan cuma saya yang pernah merasa atau mengalami momen-momen di atas. Tapi saya tidak ingin kalau momen seperti itu justru membuat saya lupa diri. Terlalu melihat ke atas mungkin bisa bikin saya jadi orang yang dipenuhi rasa iri, dengki, dendam dan ga mungkin lama-lama bisa bikin gila karena ga bisa mencapai apa yang ingin dicapai. Well, ga semua orang rejekinya sama kan. Tapi tetep saya harus berusaha semaksimal mungkin dong. Saya juga ga mau terlalu melihat ke bawah karena itu akan menjadikan saya orang yang sombong, angkuh dan merasa memiliki segalanya. Saya cukup sadar untuk ingat kalau di atas langit masih ada langit. :-)
Buat saya cukup untuk sesekali melihat ke atas sedikit, ke bawah sedikit, lalu bersyukur banyak. Dan ternyata menerapkan itu bisa menjaga kewarasan dan menyeimbangkan hidup saya, dan Insya Allah membuat saya lebih bahagia. Amiiiinn.
Saat-saat lewat jembatan penyeberangan selalu jadi momen bagi saya untuk "melihat" ke atas sedikit dan ke bawah sedikit. Maksudnya begini, ketika berjalan melewati jembatan penyeberangan pandangan kita akan menjadi lebih luas untuk melihat apa yang ada ke sekeliling kita, entah itu mobil-mobil yang lewat di bawah jembatan, pedagang-pedagang yang ada di ujung kanan-kiri dan sepanjang jembatan, orang-orang yang naik turun bis, gedung-gedung megah di sekitar atau bahkan pengemis-pengemis yang ada di sepanjang jembatan dan masih banyak lagi. Nah, siang tadi pandangan saya tertuju pada 3 hal: mobil-mobil mewah di bawah jembatan (walaupun agak ngeri sebenernya ngeliat ke jalanan), salah satu gedung di pinggir jalan, dan pengemis yang ada di ujung jembatan.
Waktu saya melihat mobil-mobil mewah yang lewat di jembatan saya berpikir dan berkata dalam hati, "Kapan ya gue bisa beli mobil idaman gue pake uang sendiri? Mau ke mana-mana enak, gampang!" Kemudian saya beralih melihat ke sebuah gedung dan berkhayal, "Asik banget kali ya kalo jadi bos. Suatu hari nanti gue pengen banget nyewa salah satu ruangan di gedung itu untuk kantor gue dan team." Dan terakhir, mata saya terpaku pada pengemis, seorang anak laki-laki yang anggota tubuhnya ga sempurna dan berumur kira-kira 15-an, di ujung jembatan dan membuat saya berbisik dalam hati "Ya Tuhan, gue beruntung banget lahir dalam keluarga gue dengan kondisi tubuh yang sempurna. Gue bisa nyelesein sekolah sampe kuliah dan bisa kerja seperti sekarang. Karena kalo ga, mungkin aja gue luntang-lantung ga jelas kayak anak itu."
Ya, menengok ke atas dan ke bawah. Ke atas dalam artian melihat keberhasilan orang, merasa ingin mengalami apa yang orang lain alami, ingin memiliki apa yang orang lain miliki, atau ingin merasakan berada di posisi orang-orang yang lebih beruntung dari saya. Saya menjadikan itu semua cambuk buat saya mendapatkan apa yang saya inginkan, mencapai target, dan menjadi manusia yang lebih baik. Ke bawah berarti menyadari bahwa masih banyak orang-orang yang tidak seberuntung saya, bahwa ada orang-orang yang ingin bertukar posisi dengan saya, dan saya menjadikan itu sebagai momen untuk mensyukuri semua yang sudah saya alami sampai detik ini.
Saya yakin kalau bukan cuma saya yang pernah merasa atau mengalami momen-momen di atas. Tapi saya tidak ingin kalau momen seperti itu justru membuat saya lupa diri. Terlalu melihat ke atas mungkin bisa bikin saya jadi orang yang dipenuhi rasa iri, dengki, dendam dan ga mungkin lama-lama bisa bikin gila karena ga bisa mencapai apa yang ingin dicapai. Well, ga semua orang rejekinya sama kan. Tapi tetep saya harus berusaha semaksimal mungkin dong. Saya juga ga mau terlalu melihat ke bawah karena itu akan menjadikan saya orang yang sombong, angkuh dan merasa memiliki segalanya. Saya cukup sadar untuk ingat kalau di atas langit masih ada langit. :-)
Buat saya cukup untuk sesekali melihat ke atas sedikit, ke bawah sedikit, lalu bersyukur banyak. Dan ternyata menerapkan itu bisa menjaga kewarasan dan menyeimbangkan hidup saya, dan Insya Allah membuat saya lebih bahagia. Amiiiinn.
(pic)
Friday, June 15, 2012
So long, Dakocan...
Terinspirasi sama tulisan Acit, saya jadi pengen cerita singkat-sesingkat-sesingkatnya soal nasib sial yang belum lama ini menimpa saya.Ga jauh beda dengan si Acit, saya juga baru kehilangan teman terdekat saya, si telepon pintar Blackberry (bebe). Karena saya sayang banget sama si bebe, saya kasih nama spesial untuk bebe saya: Dakocan. Huaaaaa... waktu pertama kali si Dakocan lenyap tanpa jejak, dunia saya rasanya hancur lebur jadi debu :'(( (Sok dramatis...).
Karena ini terlalu menyedihkan untuk diceritakan kembali, jadi saya akan langsung ke inti dan kesimpulan cerita aja:
Intinya: Dakocan hilang waktu saya ga sengaja ninggalin dia di sebuah Eco Bar di daerah Kemang. Waktu itu teman saya lagi ada yang berulang tahun di sana. Padahal saat itu saya dalam keadaan sadar-sesadar-sadarnyanya (Sumpah demi apapun di muka bumi ini gw ga mabok!! <= untuk semua temen yang masih ga percaya kalau saya sadar 100% waktu kejadian), cuma saya emang careless aja karena kondisi yang kurang fit malam itu dan bikin Dakocan ketinggalan di atas bangku lalu digondol makhluk lain yang ada di sana.
Kesimpulannya: Saya sedih banget, tapi tetep berusaha untuk tegar waktu awal-awal kejadian. Tapi beberapa jam setelahnya, saya mewek juga karena mengingat kebersamaan saya dan Dakocan yang masih terlalu singkat untuk berakhir begitu saja. Saya yakin Dakocan juga pasti sedih berpisah sama saya, tapi semoga aja pemiliknya yang baru bisa menjaganya dengan lebih baik dan menggunakan Dakocan dengan lebih bijak. Baik-baik ya kamu, Can... I miss you..
Sampe saat ini, udah hampir dua bulan, saya masih belum rela untuk nyari pengganti Dakocan. Tapi saya udah ikhlas kok dengan kehilangan yang saya alami. Cuma mungkin agak trauma aja, takut kehilangan lagi. Yang pasti kalau nanti saya udah nemu pengganti yang pas, saya akan lebih berhati-hati menjaganya (kalo perlu gw rantein deh tuh henpon ke mana-mana ntar). Semoga dalam waktu dekat hati saya sudah siap mencari dan menerima pengganti tersebut.
So long, Dakocan... :-*
-Gie-
Karena ini terlalu menyedihkan untuk diceritakan kembali, jadi saya akan langsung ke inti dan kesimpulan cerita aja:
Intinya: Dakocan hilang waktu saya ga sengaja ninggalin dia di sebuah Eco Bar di daerah Kemang. Waktu itu teman saya lagi ada yang berulang tahun di sana. Padahal saat itu saya dalam keadaan sadar-sesadar-sadarnyanya (Sumpah demi apapun di muka bumi ini gw ga mabok!! <= untuk semua temen yang masih ga percaya kalau saya sadar 100% waktu kejadian), cuma saya emang careless aja karena kondisi yang kurang fit malam itu dan bikin Dakocan ketinggalan di atas bangku lalu digondol makhluk lain yang ada di sana.
Kesimpulannya: Saya sedih banget, tapi tetep berusaha untuk tegar waktu awal-awal kejadian. Tapi beberapa jam setelahnya, saya mewek juga karena mengingat kebersamaan saya dan Dakocan yang masih terlalu singkat untuk berakhir begitu saja. Saya yakin Dakocan juga pasti sedih berpisah sama saya, tapi semoga aja pemiliknya yang baru bisa menjaganya dengan lebih baik dan menggunakan Dakocan dengan lebih bijak. Baik-baik ya kamu, Can... I miss you..
Sampe saat ini, udah hampir dua bulan, saya masih belum rela untuk nyari pengganti Dakocan. Tapi saya udah ikhlas kok dengan kehilangan yang saya alami. Cuma mungkin agak trauma aja, takut kehilangan lagi. Yang pasti kalau nanti saya udah nemu pengganti yang pas, saya akan lebih berhati-hati menjaganya (kalo perlu gw rantein deh tuh henpon ke mana-mana ntar). Semoga dalam waktu dekat hati saya sudah siap mencari dan menerima pengganti tersebut.
So long, Dakocan... :-*
-Gie-
Just a thought (2)
"Kalau memang Tuhan sudah menciptakan manusia berpasang-pasangan, kenapa masih saja ada yang menentang?"
-Gie-
-Gie-
Wednesday, June 13, 2012
Para.. para..
I am acrophobic. And I don't like being acrophobic, but that is what I am.
Acrophobic berarti orang yang takut ketinggian, dan saya salah satunya. Saya ga bisa ingat sejak kapan saya takut ketinggian. Yang saya ingat, saya selalu deg-degan dan sedikit gemetar tiap kali harus menyeberang dengan jembatan penyeberangan (terutama jembatan penyeberangan di gerbatama UI, yang juga menyeberangi rel kereta. Tinggi banget!!). Saya selalu ingin nutup mata tiap kali naik lift yang kacanya transparan. Saya ga berani liat ke bawah tiap kali naik eskalator atau jalan-jalan di mall, karena kalau saya lakukan perut saya rasanya langsung mual. Pernah satu kali saya pergi ke Anyer dan saya naik ke puncak sebuah mercusuar bersama beberapa teman, saya hanya berani duduk merapat ke tembok sambil berpegang erat-erat ke pagar penyangga dengan wajah pucat sementara teman-teman saya asyik bergaya dan berfoto. Saya juga pernah dipaksa naik wahana Kora-Kora di Dufan oleh beberapa teman, dan saya hanya bisa menutup mata, merasakan jantung saya hampir copot sampai akhirnya tangisan saya pecah di atas wahana itu.Yah, itulah saya.
Sering kali saya dapat ucapan dari teman-teman saya seperti, "Ga asik lo! Gitu aja takut.Cupu!" atau "Gaya tengil macam jagoan tapi ga berani nyoba yang tinggi-tinggi". Puas deh sepanjang hidup saya denger omongan kayak gitu. Saya cuma bisa cengar-cengir kecut tiap kali denger semua ucapan teman-teman saya tadi. Ga masalah mereka mau bilang apa, selain sama hiu, saya emang takut juga sama yang namanya ketinggian, jadi mau gimana lagi.
Tapi biarpun takut tinggi, saya ga takut naik pesawat. Karena mungkin saya merasa aman berada di dalamnya. Saya jadi ingat pengalaman pertama saya naik pesawat, antara excited dan takut setengah mati. Saya tidak akan pernah lupa penerbangan pertama saya ke Bali dengan 3 orang teman. Waktu itu saya dapat tempat duduk terpisah dari 3 teman saya tersebut, tapi karena teman saya tahu persis kalau itu adalah pertama kalinya saya naik pesawat dan saya sebenarnya penakut, jadilah saya bertukar posisi dengan salah seorang teman. God bless her :-p. Saat take off dan landing adalah saat-saat yang paling saya ga suka. Lagi-lagi saya menutup mata plus menggenggam erat-erat bangku pesawat (dan tangan teman saya) ketika itu. Walaupun diketawain sama teman saya, saya udah ga mau ambil pusing dan tetep melanjutkan ritual tersebut. Sampai sekarang pun, tiap kali take off dan landing dengan pesawat, saya lebih suka menutup mata saya, mengatur napas sedemikian rupa dan berpegang pada sesuatu sambil komat-kamit dalam hati: All is well... All is well...
Saya ga tau apakah acrophobia saya ini termasuk dalam ukuran parah, lumayan atau biasa-biasa saja. Tapi saya sudah membulatkan tekad untuk pelan-pelan mengatasinya. Beberapa waktu lalu tercetuslah sebuah ide dari teman saya untuk mencoba tandem paragliding (paralayang) di Puncak. Di satu sisi saya tertarik banget untuk nyoba, saya selalu senang dan penasaran dengan hal-hal baru. Tapi di sisi lain, saya ga berani membayangkan betapa tingginya nanti saya akan melayang, di alam terbuka, tanpa pelindung apa-apa. Bayangan seperti parasut yang ga akan terbuka atau tiba-tiba saya jatuh dari ketinggian melintas di kepala saya. I'm terrified, but I have to face it. I want to experience it so bad. Maka, saya pun mengiyakan ajakan itu.
Dan jadilah saya, tepat tanggal 19 Mei 2012 lalu, terbang pertama kali dengan paralayang dan berhasil melawan ketakutan-ketakutan saya. Saya mungkin lebay, tapi saya bangga bukan main. Hehehehehe. Bukan hal gampang bagi saya untuk yakin terus berlari sampai parasut membawa saya terbang melayang di ketinggian berpuluh-puluh meter dari atas tanah tempat saya berpijak sebelumnya. Saya harus melihat 2 teman saya lebih dulu melaluinya dan mendengar komentar mereka sebelum saya memutuskan untuk ikut mencoba. Tangan saya harus terus mengeluarkan keringat dingin tiap kali saya berdoa dalam hati bahwa semua akan baik-baik saja dan saya tidak akan jatuh. Kaki saya harus gemetar terus-terusan sebelum angin akhirnya datang dan saya diminta berlari sekuat tenaga sampai saya melayang. Bahkan pada saat berlari saya harus menggigit bibir saya karena ketegangan yang saya rasakan.
Pada akhirnya, ketika saya sudah terbang tinggi, saya merasa perut saya bergejolak. Bukan karena mual, tapi lebih karena senang. Senang merasakan angin sejuk yang menerpa wajah saya. Senang karena saya bisa merasa aman melihat pemandangan di bawah saya. Senang karena ternyata bayangan-bayangan seram dalam kepala saya sebelumnya ga terjadi. Rasanya campur aduk, walaupun masih tersisip sedikit rasa takut jauh di dalam pikiran dan hati saya. The feeling was amazing. Such a great sensation I can say! Sensasi yang serupa tapi tak sama yang saya rasakan tiap kali saya menyelam. Aaaahh saya suka sensasi itu. Sensasi itu membantu saya bernapas lega ketika tiba waktunya untuk saya perlahan terbang merendah dan mendarat kembali di tanah. I nailed it!
Pengalaman saya kali ini pastinya ga akan pernah saya lupain. Benar-benar pengalaman pertama saya 'terbang'. Tanpa pesawat. Dari pengalaman ini saya belajar kalau ketakutan itu bisa diatasi pelan-pelan. Walaupun ga sepenuhnya hilang, tapi bisa dikurangi dan saya jadi lebih percaya dengan diri sendiri. Untuk Bee, -i-, Dea dan Chirra, makasih untuk perjalanan dan pengalaman yang menyenangkan kemarin.
Ciao!
-Gie-
Acrophobic berarti orang yang takut ketinggian, dan saya salah satunya. Saya ga bisa ingat sejak kapan saya takut ketinggian. Yang saya ingat, saya selalu deg-degan dan sedikit gemetar tiap kali harus menyeberang dengan jembatan penyeberangan (terutama jembatan penyeberangan di gerbatama UI, yang juga menyeberangi rel kereta. Tinggi banget!!). Saya selalu ingin nutup mata tiap kali naik lift yang kacanya transparan. Saya ga berani liat ke bawah tiap kali naik eskalator atau jalan-jalan di mall, karena kalau saya lakukan perut saya rasanya langsung mual. Pernah satu kali saya pergi ke Anyer dan saya naik ke puncak sebuah mercusuar bersama beberapa teman, saya hanya berani duduk merapat ke tembok sambil berpegang erat-erat ke pagar penyangga dengan wajah pucat sementara teman-teman saya asyik bergaya dan berfoto. Saya juga pernah dipaksa naik wahana Kora-Kora di Dufan oleh beberapa teman, dan saya hanya bisa menutup mata, merasakan jantung saya hampir copot sampai akhirnya tangisan saya pecah di atas wahana itu.Yah, itulah saya.
Sering kali saya dapat ucapan dari teman-teman saya seperti, "Ga asik lo! Gitu aja takut.Cupu!" atau "Gaya tengil macam jagoan tapi ga berani nyoba yang tinggi-tinggi". Puas deh sepanjang hidup saya denger omongan kayak gitu. Saya cuma bisa cengar-cengir kecut tiap kali denger semua ucapan teman-teman saya tadi. Ga masalah mereka mau bilang apa, selain sama hiu, saya emang takut juga sama yang namanya ketinggian, jadi mau gimana lagi.
Tapi biarpun takut tinggi, saya ga takut naik pesawat. Karena mungkin saya merasa aman berada di dalamnya. Saya jadi ingat pengalaman pertama saya naik pesawat, antara excited dan takut setengah mati. Saya tidak akan pernah lupa penerbangan pertama saya ke Bali dengan 3 orang teman. Waktu itu saya dapat tempat duduk terpisah dari 3 teman saya tersebut, tapi karena teman saya tahu persis kalau itu adalah pertama kalinya saya naik pesawat dan saya sebenarnya penakut, jadilah saya bertukar posisi dengan salah seorang teman. God bless her :-p. Saat take off dan landing adalah saat-saat yang paling saya ga suka. Lagi-lagi saya menutup mata plus menggenggam erat-erat bangku pesawat (dan tangan teman saya) ketika itu. Walaupun diketawain sama teman saya, saya udah ga mau ambil pusing dan tetep melanjutkan ritual tersebut. Sampai sekarang pun, tiap kali take off dan landing dengan pesawat, saya lebih suka menutup mata saya, mengatur napas sedemikian rupa dan berpegang pada sesuatu sambil komat-kamit dalam hati: All is well... All is well...
Saya ga tau apakah acrophobia saya ini termasuk dalam ukuran parah, lumayan atau biasa-biasa saja. Tapi saya sudah membulatkan tekad untuk pelan-pelan mengatasinya. Beberapa waktu lalu tercetuslah sebuah ide dari teman saya untuk mencoba tandem paragliding (paralayang) di Puncak. Di satu sisi saya tertarik banget untuk nyoba, saya selalu senang dan penasaran dengan hal-hal baru. Tapi di sisi lain, saya ga berani membayangkan betapa tingginya nanti saya akan melayang, di alam terbuka, tanpa pelindung apa-apa. Bayangan seperti parasut yang ga akan terbuka atau tiba-tiba saya jatuh dari ketinggian melintas di kepala saya. I'm terrified, but I have to face it. I want to experience it so bad. Maka, saya pun mengiyakan ajakan itu.
Dan jadilah saya, tepat tanggal 19 Mei 2012 lalu, terbang pertama kali dengan paralayang dan berhasil melawan ketakutan-ketakutan saya. Saya mungkin lebay, tapi saya bangga bukan main. Hehehehehe. Bukan hal gampang bagi saya untuk yakin terus berlari sampai parasut membawa saya terbang melayang di ketinggian berpuluh-puluh meter dari atas tanah tempat saya berpijak sebelumnya. Saya harus melihat 2 teman saya lebih dulu melaluinya dan mendengar komentar mereka sebelum saya memutuskan untuk ikut mencoba. Tangan saya harus terus mengeluarkan keringat dingin tiap kali saya berdoa dalam hati bahwa semua akan baik-baik saja dan saya tidak akan jatuh. Kaki saya harus gemetar terus-terusan sebelum angin akhirnya datang dan saya diminta berlari sekuat tenaga sampai saya melayang. Bahkan pada saat berlari saya harus menggigit bibir saya karena ketegangan yang saya rasakan.
Pada akhirnya, ketika saya sudah terbang tinggi, saya merasa perut saya bergejolak. Bukan karena mual, tapi lebih karena senang. Senang merasakan angin sejuk yang menerpa wajah saya. Senang karena saya bisa merasa aman melihat pemandangan di bawah saya. Senang karena ternyata bayangan-bayangan seram dalam kepala saya sebelumnya ga terjadi. Rasanya campur aduk, walaupun masih tersisip sedikit rasa takut jauh di dalam pikiran dan hati saya. The feeling was amazing. Such a great sensation I can say! Sensasi yang serupa tapi tak sama yang saya rasakan tiap kali saya menyelam. Aaaahh saya suka sensasi itu. Sensasi itu membantu saya bernapas lega ketika tiba waktunya untuk saya perlahan terbang merendah dan mendarat kembali di tanah. I nailed it!
Pengalaman saya kali ini pastinya ga akan pernah saya lupain. Benar-benar pengalaman pertama saya 'terbang'. Tanpa pesawat. Dari pengalaman ini saya belajar kalau ketakutan itu bisa diatasi pelan-pelan. Walaupun ga sepenuhnya hilang, tapi bisa dikurangi dan saya jadi lebih percaya dengan diri sendiri. Untuk Bee, -i-, Dea dan Chirra, makasih untuk perjalanan dan pengalaman yang menyenangkan kemarin.
Ciao!
-Gie-
Wednesday, May 23, 2012
Melihat Bali Lebih “Dalam” (Bagian 3)
Tulamben – Night Dive
Selesai menyelam seharian hari itu, saya ga bisa berhenti senyum-senyum sendiri. Saya terlalu senang dengan apa yang saya alami. Walaupun saya sedikit sakit kepala setelahnya, karena kemampuan mengontrol buoyancy saya yang masih cemen jadi sering naik-turun selama diving, tapi perasaan senang dan terpuaskan saya menghilangkan segala kesakitan itu dengan mudahnya. *Tsaaaaaahh….* Yak, I’m so happy that my first trip went really well. And I can’t wait for my next trip. ASAP!
Selesai dive ketiga, saya break cukup lama. Karena saya hanya tinggal menunggu untuk night dive bareng si Belih. Sayangnya
Bee, belum bisa ikut untuk night dive.
Sebelum night dive, Belih Asa
membriefing saya tentang cara memakai senter dan kode-kode yang bisa digunakan
dengan senter selama penyelaman nanti.
Sekitar jam setengah tujuh kami mulai penyelaman terakhir
hari itu. Ini pengalaman pertama saya melakukan night dive. Rasanya beda banget sama nyelem waktu ada matahari.
Sensasinya luar biasa. Antara takut, excited,
deg-degan kalo ketemu hiu atau nabrak apa gitu. Dan bener aja, beberapa kali
karena terlalu asik liat-liat atau bikin foto, saya hampir nabrak/kejedot
dinding-dinding kapal. Untung si Belih selalu aware sama keadaan dan ngawasin saya dengan cekatan. Saya takut
banget sebenernya selama night dive, dan
ketakutan terbesar saya adalah kalau tiba-tiba saya lagi meleng dan kemudian
ngarahin senter ke depan…… jeng jeng jeng
ada muka hiu di hadapan saya. :-s Hiu
adalah hewan yang paling menyeramkan buat saya. Sumpah, saya takut hiu!!
Dan ketakutan saya itu nyaris terjadi. Beberapa saat
sebelum penyelaman selesai, di kejauhan saya ngeliat ikan yang cukup besar dan
saya pikir: itu pasti hiu. Biarpun ciut, saya sok berani memfoto
ikan itu, sayangnya saya hanya bisa memfoto satu kali, karena
setelahnya kamera saya mati total. Si Belih yang ga tau kalo saya lagi
ketakutan malah ngedeketin makhluk itu, agak ragu saya ikutin deh ke mana si
Belih mengarah daripada saya ditinggal sendirian. Untungnyaaaa ternyata itu
bukan hiu, fyuuuhhh… Ternyata oh ternyata itu hanyalah si bumphead yang saya kira hiu. Hohoho,, ga jadi kencing di celana deh
saya.
Selesai menyelam seharian hari itu, saya ga bisa berhenti senyum-senyum sendiri. Saya terlalu senang dengan apa yang saya alami. Walaupun saya sedikit sakit kepala setelahnya, karena kemampuan mengontrol buoyancy saya yang masih cemen jadi sering naik-turun selama diving, tapi perasaan senang dan terpuaskan saya menghilangkan segala kesakitan itu dengan mudahnya. *Tsaaaaaahh….* Yak, I’m so happy that my first trip went really well. And I can’t wait for my next trip. ASAP!
(Ini loooh si bumphead yang saya kira hiu.
Sayang fotonya kurang jelas karena kameranya udah mau die)
Melihat Bali Lebih “Dalam” (Bagian 2)
Tulamben – Day Dive
Hari kedua kami di Bali adalah hari ujian diving untuk Bee. Untuk bisa dapat diving license PADI, Bee setidaknya harus 4 kali menyelam dan mengikuti ujian tertulis. Bulan Maret lalu, Bee sudah ikut ujian tertulisnya dan sudah menyelesaikan 1 kali dive di Pantai Sanur. Jadi, masih ada 3 dive lagi yang harus diselesaikan. Sementara saya, ga mungkin dong saya nungguin Bee doang, dengan bengang-bengong di pinggir pantai. Hehehe. Jadilah saya ambil 3 kali day dives dan 1 night dive dari dive operator yang sama dengan tempat Bee ambil license, yaitu Bali MarineSports. (untuk info tambahan aja: biaya untuk 3 day dives dan 1 night dive kurang lebih 1,3 juta di sana, sudah termasuk sewa alat dan senter untuk night dive). Dan hari itu, kami akan menyelam di Tulamben, Bali Timur. One of the best dive spot in the world! Woooohoooo…. :D
Perjalanan untuk mencapai Tulamben dari pusat kota kurang
lebih 2,5 – 3 jam dengan mobil. Kami tiba di Tulamben sekitar jam 11 siang.
Begitu sampai, ga pake haha hihi huhu kami langsung bersiap-siap. Karena Bee
harus ujian, jadi saya berpisah dengan Bee. Bee menyelam dengan instrukturnya
dan saya dengan Belih Asa, buddy (guide)
saya hari itu. Belih Asa membawa saya langsung ke spot wreck kapal USS Liberty. Dan……. Gilaaaaaaa…… buat saya yang pertama
kali diving di luar Pulau Jawa, melihat pemandangan itu rasanya benar-benar
luar biasa. Kapal yang luar biasa besar, tenggelam, dan sekarang bangkai
kapalnya dipenuhi karang-karang yang cantik, ikan-ikan yang berlalu lalang dan
makhluk-makhluk laut indah lainnya. Saya takjub.
Saat dive pertama,saya masih kagok untuk mengambil foto di bawah laut. Saya terlalu takjub dengan apa yang saya lihat. Jadilah Belih Asa yang baik hati, mengambil alih kamera saya dan beberapa kali mengajari saya mengambil gambar dengan angle yang bagus. Saking baiknya, malahan si Belih beberapa kali memfoto saya yang sedang diving sambil bergaya. Hehehe. Dan waktu kami berpapasan dengan serombongan school fish, si Belih membawa saya ke dalam pusaran ikan-ikan itu dan mengambil foto saya dengan mereka. Yak, si Belih tau betul kalo fun diver pemula seperti saya suka narsis. *nyengir kuda sambil berpose peace*
Ga kerasa untuk dive pertama, si Belih sukses membawa saya
berkeliling selama 1 jam dan sampai di kedalaman 27 meter. Hiiiiii… waktu saya
tahu itu, saya sampe merinding karena ga nyangka saya bisa sedalam itu. Selesai
dive pertama, kami istirahat makan siang sebelum melanjutkan ke dive
berikutnya. Selama makan siang saya mengobrol banyak dengan Belih Asa. Dari
Belih Asa, saya dapat beberapa tips untuk mengambil gambar di bawah air.
Lumayanlah buat jadi bekal saya pas dive selanjutnya.
Waktu dive kedua, Belih Asa masih membawa saya ke spot yang
sama. Tapi kali ini dia membawa saya menelusuri ke dalam wreck kapal. Seru-seru deg-degan gimana
gitu rasanya waktu saya masuk-masuk ke dalam bangkai kapalnya. Saya harus ekstra
hati-hati dan menjaga buoyancy saya
supaya ga kepentok atap atau kebaret tiang kapal. Di penyelaman kedua ini, saya
ketemu lebih banyak makhluk. Penyu, blue spotted
stingray, nudibranch, lion fish, dwarf hawkfish, cleaner shrimp dan
serentetan makhluk laut lainnya yang bodohnya saya ga tau namanya. Saya puas
banget jeprat-jepret objek laut sepanjang penyelaman.
Puas dengan penyelaman kedua, kami istirahat lagi. Waktu saya
selesai penyelaman kedua ternyata Bee sudah selesai dengan ujiannya, dan dia
lulus. 3 kali dive sukses dilahap Bee. I’m
proud of you, girl! Dan sepertinya karena Bee juga udah mulai ketagihan,
akhirnya dia memutuskan untuk ikut saya dan Belih Asa di penyelaman ketiga
kami. Jadilah kami menyelam bertiga menuju spot coral garden. Dari namanya aja
udah jelas banget kalo di spot yang satu ini pasti banyak karang-karang berwarna
warni dan ikan-ikan kecil. Di sini kami bertemu dengan clown fish a.k.a nemo yang lagi asik main-main di anemon. Ada juga moray eel, nudibranch lagi dengan warnanya yang nyentrik, tube worm, starfish daaaaann
puffer fish alias ikan buntal.
(ini nih si nyentrik: Nudibranch)
Melihat Bali Lebih “Dalam” (Bagian 1)
Kali ini saya mau cerita tentang pengalaman diving pertama
saya setelah memegang lisensi A1 CMAS untuk menyelam. Ceritanya mungkin akan
agak panjang, tapi semoga tidak membosankan. Dan supaya ga bosan bacanya, entrynya
saya bagi jadi 3 bagian. :)
Pertengahan April
lalu, kira-kira 2 minggu setelah saya beli underwater
housing untuk kamera saya, saya dan Bee pergi ke Bali (lagi!). Tapi, kali
ini kami bertekad hanya akan menghabiskan waktu di laut, tidak di pusat kota.
Sebenarnya saya hanya akan menemani Bee yang akan ikut ujian
menyelam untuk mendapatkan lisensi PADI. Januari lalu, seharusnya Bee bersama
dengan saya mengikuti ujian d, tapi karena faktor kesehatan dia ga jadi ikut
ujian itu dan akhirnya dia mutusin untuk ambil license-nya di Bali.
Padang Bai -
Snorkeling
Hari pertama kami pergi ke Padang Bai untuk snorkeling.
Sekalian juga, saya mau nge-test si housing
baru. Awalnya agak deg-degan juga sih, takut housingnya leak/bocor. But thank God, it
didn’t happen. Di Padang Bai, kami nyewa
perahu jukung selama 2 jam dengan biaya sewa 250 ribu. Mungkin bisa lebih murah
dari itu, tapi saya udah males nawar dan pengen cepet-cepet nyemplung aja. Dengan
nyewa jukung selama 2 jam, 1 jam pertama kami snorkeling di Tanjung Jepun dan 1
jam berikutnya di Blue Lagoon.
Saya sedikit menyesal karena tidak memutuskan untuk diving
di Padang Bai. Karena untuk spot Tanjung Jepun, saya kurang menikmati
snorkelingnya. Berbeda mungkin kalau saya diving di sana, pasti lebih banyak
yang bisa dinikmati dan dilihat. Untungnya begitu kami pindah ke spot Blue
Lagoon, kami benar-benar terpuaskan. Blue Lagoon memang spot yang sangat sangat
sangat bagus untuk snorkeling. Banyak banget karang-karang dan ikan-ikan yang
berseliweran di sana. Perairannya juga sangat jernih dan bersih. Klik, klik,
klik…. Ga ragu-ragu saya ambil beberapa foto di sana. Cantik!
(foto favorit: lalu lintas bawah laut)
Wednesday, April 04, 2012
Shop til drop?
Weekend lalu saya dan Bee pergi ke Deep and Extreme Exhibition yang diadakan di JCC, Senayan. Awalnya saya tahu persis apa yang mau saya beli di sana, sarung tangan/gloves untuk diving. Setelah pengalaman diving saya di awal tahun, saya tahu kalo saya sangat butuh gloves. Alesannya simpel, karena penguasaan buoyancy saya saat diving masih kurang baik, terkadang saya terpaksa (walaupun sangat tidak mau) menyentuh karang untuk menahan badan saya. Dan kejadian di awal tahun lalu, ujung jari saya sempat terluka dan gatal karena menyentuh karang. And it didn't feel good at all.
Tapi akhirnya setelah datang ke tempat pameran, yang ada saya malah kebingungan. Bingung karena saya pengen banget beli semua yang ada di sana, ngelengkapin dive gear saya, tapi sayang dana di kantong tidak mendukung. Hahahaha. Dan hasilnya, dengan banyak pertimbangan plus tanya sana-sini, inilah hasil belanjaan saya sepanjang weekend kemarin :
1. Gloves dari Scubapro
2. Strap masker dari Nemo
3. Booties dari Scubapro
4. Underwater housing WP-DC34 dari Canon
Wakwaooo... Ujung-ujungnya saya ga cuma beli gloves, tapi juga beberapa printilan lainnya. Untuk nomer 1 sampai 3 saya beli di pameran. Untuk yang nomer 4, sudah beberapa bulan belakangan saya emang bertekad mau beli untuk nemenin kamera saya, supaya bisa foto-foto keindahan bawah laut. Sayangnya housing yang saya mau ga ada yang jual di pameran itu, jadi akhirnya saya beli di Mall Ambasador. Well, saya puas banget dengan belanjaan saya. Walaupun sepertinya bakalan puasa senin-kamis (sahur senin, buka kamis) selama beberapa bulan mendatang, tapi saya jadi ga sabar pengen cepet-cepet nyoba semuanya untuk next trip saya beberapa hari lagi. Hehehe.
Saya juga ga sabar nunggu Deep and Exreme tahun depan. Yang pasti saya harus nabung ekstra ketat kalau mau melengkapi peralatan selam saya satu per satu. Aahhh.. I'm so excited! Semoga saja dengan punya alat-alat baru, saya jadi lebih semangat menabung untuk trip-trip yang akan datang. Seperti saya pernah bilang, saya ingin tetap bisa traveling tahun ini. Dan saya pikir bisa traveling lebih banyak di negeri sendiri untuk mengeksplor keindahan alam bawah laut Indonesia akan jadi hal yang menyenangkan untuk dilakukan di tahun 2012.
Ciao!
Tapi akhirnya setelah datang ke tempat pameran, yang ada saya malah kebingungan. Bingung karena saya pengen banget beli semua yang ada di sana, ngelengkapin dive gear saya, tapi sayang dana di kantong tidak mendukung. Hahahaha. Dan hasilnya, dengan banyak pertimbangan plus tanya sana-sini, inilah hasil belanjaan saya sepanjang weekend kemarin :
1. Gloves dari Scubapro
2. Strap masker dari Nemo
3. Booties dari Scubapro
4. Underwater housing WP-DC34 dari Canon
Wakwaooo... Ujung-ujungnya saya ga cuma beli gloves, tapi juga beberapa printilan lainnya. Untuk nomer 1 sampai 3 saya beli di pameran. Untuk yang nomer 4, sudah beberapa bulan belakangan saya emang bertekad mau beli untuk nemenin kamera saya, supaya bisa foto-foto keindahan bawah laut. Sayangnya housing yang saya mau ga ada yang jual di pameran itu, jadi akhirnya saya beli di Mall Ambasador. Well, saya puas banget dengan belanjaan saya. Walaupun sepertinya bakalan puasa senin-kamis (sahur senin, buka kamis) selama beberapa bulan mendatang, tapi saya jadi ga sabar pengen cepet-cepet nyoba semuanya untuk next trip saya beberapa hari lagi. Hehehe.
Saya juga ga sabar nunggu Deep and Exreme tahun depan. Yang pasti saya harus nabung ekstra ketat kalau mau melengkapi peralatan selam saya satu per satu. Aahhh.. I'm so excited! Semoga saja dengan punya alat-alat baru, saya jadi lebih semangat menabung untuk trip-trip yang akan datang. Seperti saya pernah bilang, saya ingin tetap bisa traveling tahun ini. Dan saya pikir bisa traveling lebih banyak di negeri sendiri untuk mengeksplor keindahan alam bawah laut Indonesia akan jadi hal yang menyenangkan untuk dilakukan di tahun 2012.
Ciao!
Wednesday, March 28, 2012
Tuesday, March 13, 2012
Coba-coba : Underwater Hockey!
Kalau di postingan sebelumnya saya bilang saya lagi butuh good distraction, kali ini saya mau cerita kalau saya udah nemu good distraction yang saya butuhkan. Jadi, udah beberapa minggu ini saya mencoba yang namanya 'Underwater Hockey' (Sounds weird, huh?). Karena saya emang suka banget olahraga, mau ga mau ya yang bisa jadi distraction buat saya pasti ga jauh-jauh dari hal-hal berbau sporty.
Jadwal untuk UWH (singkatan dari UnderWater Hockey) adalah setiap Senin dan Kamis jam 7-9 malam di kolam renang Senayan. Lumayanlah seminggu dua kali saya olahraga buat merelease hormon endorphin yang bisa bikin hepi dan ngilangin stress. Hehehe. Awal cerita saya bisa nyoba-nyoba karena diinvite via Facebook oleh salah satu sesepuh di Hammerhead untuk join event "Underwater Hockey for Beginners". Saat itu, saya pikir ga ada salahnya buat nyoba sesuatu yang baru. Dan ya, saya ga salah. Ternyata it is fun, fun and fun! :)
Saya ga bisa cerita banyak soal olahraga ini, karena saya pun masih 'anak piyik'. Yang pasti UWH itu olahraga yang dilakukan di dalam air (ya eyalaaaahh namanya aja underwater). Kemudian basic gear-nya adalah snorkeling gear, which are swimsuit, mask, snorkel and fins. Sama kayak hockey biasa, dalam permainannya juga memerlukan stick, puck dan gloves. Sisanya ada juga water polo cap (buat melindungi telinga), mouth guard (pelindung mulut), dan tentunya gawang. Kurang lebih perlengkapannya seperti gambar di bawah ini :
Jadwal untuk UWH (singkatan dari UnderWater Hockey) adalah setiap Senin dan Kamis jam 7-9 malam di kolam renang Senayan. Lumayanlah seminggu dua kali saya olahraga buat merelease hormon endorphin yang bisa bikin hepi dan ngilangin stress. Hehehe. Awal cerita saya bisa nyoba-nyoba karena diinvite via Facebook oleh salah satu sesepuh di Hammerhead untuk join event "Underwater Hockey for Beginners". Saat itu, saya pikir ga ada salahnya buat nyoba sesuatu yang baru. Dan ya, saya ga salah. Ternyata it is fun, fun and fun! :)
Saya ga bisa cerita banyak soal olahraga ini, karena saya pun masih 'anak piyik'. Yang pasti UWH itu olahraga yang dilakukan di dalam air (ya eyalaaaahh namanya aja underwater). Kemudian basic gear-nya adalah snorkeling gear, which are swimsuit, mask, snorkel and fins. Sama kayak hockey biasa, dalam permainannya juga memerlukan stick, puck dan gloves. Sisanya ada juga water polo cap (buat melindungi telinga), mouth guard (pelindung mulut), dan tentunya gawang. Kurang lebih perlengkapannya seperti gambar di bawah ini :
(taken from here)
Setelah beberapa kali nyoba dan ikut kelas beginner, saya lumayan suka dengan kegiatan baru saya ini. Walaupun kadang-kadang latiannya bikin pegel dan cape, tapi ya itu tetep bisa bikin hati senang. Bisa bikin lebih sehat dan ketemu orang-orang baru pastinya. Buat temen-temen yang mau iseng-iseng coba olahraga ini, bisa langsung dateng aja ke kolam renang senayan hari Senin atau Kamis jam 7 malam untuk free trial 2 kali. *itung-itung bantu promosi*
Ciao!
Tuesday, February 07, 2012
Distraction
Belakangan, entah kenapa, saya seperti sedang hilang arah. Tidak tahu apa yang saya mau. Cuma merasakan awan gelap berisikan kekhawatiran-kekhawatiran yang menyelimuti hari-hari saya. Mungkin ini pengaruh dari ke'magabut'an saya dua bulan terakhir di kantor. Tidak banyak yang bisa saya kerjakan karena memang shipment sedang sepi. Jadi, tidak ada yang bisa mengalihkan pikiran saya dari bayangan-bayangan negatif yang ada di pikiran saya.
Saya lelah. Harusnya awal tahun jadi moment yang baik untuk apapun itu. Jadi semangat baru buat saya. Tapi, sekali lagi entah kenapa, saya malah merasa 'galau'. Bukan mau saya merasakan hal ini. Seorang kenalan di kantor saya pernah bilang 'Apa yang ada di pikiran kita, apa yang kita rasakan, kita ga bisa mengaturnya. It just happens. You just feel something and think about it.' Saya rasa beliau ada benarnya.
Well, I think I need some good distraction, simple saja, hanya untuk melepaskan energi negatif yang saya rasakan beberapa waktu ini. Saya cuma berharap orang-orang di sekitar saya bisa mengerti dan menerima bahwa terkadang saya bisa lelah. Karena saya pun hanya manusia biasa.
Saya lelah. Harusnya awal tahun jadi moment yang baik untuk apapun itu. Jadi semangat baru buat saya. Tapi, sekali lagi entah kenapa, saya malah merasa 'galau'. Bukan mau saya merasakan hal ini. Seorang kenalan di kantor saya pernah bilang 'Apa yang ada di pikiran kita, apa yang kita rasakan, kita ga bisa mengaturnya. It just happens. You just feel something and think about it.' Saya rasa beliau ada benarnya.
Well, I think I need some good distraction, simple saja, hanya untuk melepaskan energi negatif yang saya rasakan beberapa waktu ini. Saya cuma berharap orang-orang di sekitar saya bisa mengerti dan menerima bahwa terkadang saya bisa lelah. Karena saya pun hanya manusia biasa.
(taken from: http://weheartit.com/entry/8430328)
Wednesday, January 18, 2012
Mengurus Paspor = Gampang
Tapiiii, biarpun gampang pastinya biaya yang dikeluarkan kalau pakai jasa calo ga sedikit. Kurang lebih 750 ribu rupiah. Uhm... hal ini bikin saya berpikir ulang untuk minta bantuan sama calo (maklum lagi masa sulit, hehehe). Selain itu, saya juga sempat browsing-browsing tentang pembuatan/perpanjangan paspor di internet, dan ternyata banyak yang bilang kalau sekarang sudah ga susah lagi urus paspor sendiri. Jadilah akhirnya saya memutuskan untuk mengurus perpanjangan paspor sendiri, tanpa bantuan calo. *grin*
Kenyataannya emang proses buat urus paspor sendiri ga ribet kok. Untuk buat janji temu pertama, saya pilih dengan cara online lewat situs http://www.imigrasi.go.id/. Situs imigrasi ini cukup lengkap dan ngebantu banget. Cuma perlu isi data dan scan copy KTP, Kartu Keluarga, Akte Lahir/Ijazah/Surat Nikah sesuai petunjuk di situs. Setelah itu, kita bisa pilih tanggal berapa kita mau datang ke kantor imigrasi untuk proses selanjutnya. Dan di akhir, kalau semua sudah beres, kita akan dapat bukti permohonan pembuatan paspor online yang harus diprint dan dibawa pada saat kita datang ke kantor imigrasi.
Senin kemarin, saya pergi ke kantor imigrasi dengan membawa berkas-berkas asli dan fotocopy yang saya submit lewat situs, bukti permohonan online, surat keterangan kerja dari kantor plus paspor lama saya dan selembar materai. Jam 8 kurang 15 menit saya sudah sampe di kantor imigrasi Jakarta Timur. Dan eng ing eng.... saya langsung jiper waktu liat antrian di depan pintu masuk yang panjang. Jam 8 teng pintu masuk dibuka, antrian boleh panjang, tapi ternyata ga lama. Begitu masuk, saya langsung menuju loket untuk pembelian formulir. Kurang lebih 7 ribu saja biaya untuk beli map berisi formulir dan surat pernyataan yang harus saya isi. Selesai beli, saya langsung isi formulir dan surat pernyataannya, lalu segera meluncur ke lantai atas buat ambil nomor antrian penyerahan dokumen.
Begitu naik ke atas, lagi-lagi saya harus antri. Tapi kali ini ada dua jalur antrian. Antrian pertama untuk orang-orang yang sudah sampe proses foto dan wawancara, sementara antrian kedua untuk mereka yang mau menyerahkan formulir permohonan. Keuntungan dari mengajukan permohonan via online, terasa banget begitu saya ambil nomer antrian. Karena untuk mereka yang registrasi via online disediakan loket khusus, nomer antrian yang beda dan jauh lebih cepat. Jadi, ga sampe setengah jam nunggu, nomer saya sudah dipanggil. Wooohoooo!
Di loket online, saya langsung menyerahkan bukti permohonan online dan map yang saya beli sebelumnya lengkap dengan formulir, surat pernyataan (yang sudah saya tandatangani di atas materai), copy KTP, Kartu Keluarga, Ijazah, Akte Lahir dan dokumen asli surat keterangan kerja. Karena saya mau perpanjang paspor, saya juga harus menyerahkan paspor asli saya yang lama beserta copy halaman depan dan belakang paspor tersebut. Setelah semua dokumen itu dicek kilat oleh mbak-mbak petugas imigrasi, saya langsung ditawarkan untuk jadwal wawancara keesokan harinya. Saya langsung mengiyakan tawaran itu dan menerima slip bukti dari si petugas. First step: done! :)
Besoknya saya kembali lagi ke kantor imigrasi. Mengantri untuk foto dan wawancara memang sedikit lebih lama dibanding untuk menyerahkan dokumen. Tapi prosesnya bisa dibilang cepat juga, karena sekarang semua jauh lebih teratur. Nomer antrian yang jelas dan ga ada orang-orang menyela sembarangan, ruang tunggu yang ber-AC, lengkap dengan tempat duduk yang nyaman, bikin ga jadi masalah untuk menunggu sedikit lebih lama. Proses untuk hari kedua kurang lebih begini : menyerahkan slip bukti yang didapat sebelumnya, ambil nomer antrian untuk membayar biaya pembuatan/perpanjang paspor, membayar 255 ribu saja (untuk biaya paspor dan foto) di loket, dapat bukti pembayaran sekaligus dapat nomer antrian untuk foto, kemudian foto dan wawancara.
Kurang lebih kemarin saya butuh waktu 1,5 jam untuk menyelesaikan semua proses tersebut. Tapi kali ini ga pake proses bete-betean karena kepanasan di ruang tunggu dan ga pake ngeluarin sumpah serapah karena antrian diselak sama orang-orang yang tidak bertanggungjawab seperti lima tahun lalu, hehehe. Selesai foto dan wawancara, petugas imigrasi yang mewawancarai saya langsung memberi tahu bahwa paspor saya sudah bisa diambil Senin depan. Tapi karena hari Senin ada libur nasional, jadi saya harus ambil paspornya hari Selasa. Saya hanya perlu membawa bukti pembayaran saja untuk mengambil paspor baru saya nanti. Second step : done!
Sekarang saya tinggal menunggu saja sampai hari yang ditentukan. Ternyata emang mengurus paspor sendiri sudah jauh lebih gampang dan lebih cepat dibanding sebelumnya, selama dokumen yang dibutuhkan kita lengkapi. Biaya yang dikeluarkan pun jauh lebih sedikit kalau ngurus sendiri dibanding pake calo. Ibaratnya, kalo pake calo biaya yang dikeluarkan pasti 2 kali lebih besar dibanding ngurus sendiri. Sayang banget kan? Mendingan uangnya saya pakai buat beli diving gear *eeeeaaaaaaaaa* (Maklum yaaaaa saya lagi getol banget pingin punya peralatan selam sendiri. Hehehe.)
*picture taken from: http://id.wikipedia.org/wiki/Paspor_Indonesia
Thursday, January 12, 2012
Just a thought
Kadang saya ga bisa mengerti kenapa banyak orang yang berani mengambil resiko untuk menikah, tapi pada akhirnya memilih untuk bercerai. Sebut saya kuno, tapi buat saya ya menikah harusnya hanya untuk satu kali dilakukan seumur hidup. Dan bukankah disebutkan juga dalam ajaran salah satu agama "apa yang sudah dipersatukan Tuhan, tidak bisa dipisahkan oleh manusia"? Entah.
Saya bisa maklum kalau ada orang yang menikah lebih dari satu kali karena pasangannya meninggal dunia alias dipisahkan "maut". Tapi selebihnya? Saya tidak bisa paham. Mungkin karena saya belum pernah merasakan menikah. Merasakan hidup bersama dengan orang lain dan berbagi segala hal dengan orang tersebut, from A to Z. Tapi saya tetap boleh berpendapat kan? Menurut saya, ketika dua orang memutuskan untuk menikah ya berarti mereka sudah siap saling menerima kelebihan dan kekurangan (apa pun) itu. Kecuali kalau mereka memang "terpaksa" menikah. (I think you guys know what I mean)
Bagi saya ketika kita menikah berarti kita terikat. Mengikat diri kita dengan orang lain (dan hanya satu orang saja), dan siap untuk selalu berkompromi dengan orang itu. Siap untuk sama-sama sedikit demi sedikit merelakan ego pribadi demi mencapai kebahagiaan bersama. Siap untuk mencintai satu orang saja, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, seumur hidup dan menjaga cinta yang ada untuk tetap tumbuh, jangan sampai mati. Siap untuk menerima orang itu bahkan ketika dia berada di titik terendah dalam hidupnya. Siap untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk kita menjadi lebih baik. Siap untuk mengubah mindset dari "Gue" jadi "Gue dan Dia". Kurang lebih begitu.
Makanya kadang saya suka heran dan ga bisa mengerti kalau ada dua orang yang sama-sama memutuskan menikah secara baik-baik, membangun rumah tangga, karena saling cinta dan sudah siap lahir batin, tapi ujung-ujungnya cerai juga setelah bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun menikah. Kadang kalau melihat hal-hal seperti ini bikin saya trauma. Takut untuk menikah (walaupun sebenarnya pengen, hehehe..).
Tapi semoga saja, kalau suatu saat saya memutuskan atau diminta seseorang untuk menikah (ga tau deh sama siapa... semoga orangnya baca :-p *ngarep*), itu hanya akan terjadi sekali dan untuk selamanya. Just like my mom did. Amen.
Saya bisa maklum kalau ada orang yang menikah lebih dari satu kali karena pasangannya meninggal dunia alias dipisahkan "maut". Tapi selebihnya? Saya tidak bisa paham. Mungkin karena saya belum pernah merasakan menikah. Merasakan hidup bersama dengan orang lain dan berbagi segala hal dengan orang tersebut, from A to Z. Tapi saya tetap boleh berpendapat kan? Menurut saya, ketika dua orang memutuskan untuk menikah ya berarti mereka sudah siap saling menerima kelebihan dan kekurangan (apa pun) itu. Kecuali kalau mereka memang "terpaksa" menikah. (I think you guys know what I mean)
Bagi saya ketika kita menikah berarti kita terikat. Mengikat diri kita dengan orang lain (dan hanya satu orang saja), dan siap untuk selalu berkompromi dengan orang itu. Siap untuk sama-sama sedikit demi sedikit merelakan ego pribadi demi mencapai kebahagiaan bersama. Siap untuk mencintai satu orang saja, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, seumur hidup dan menjaga cinta yang ada untuk tetap tumbuh, jangan sampai mati. Siap untuk menerima orang itu bahkan ketika dia berada di titik terendah dalam hidupnya. Siap untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk kita menjadi lebih baik. Siap untuk mengubah mindset dari "Gue" jadi "Gue dan Dia". Kurang lebih begitu.
Makanya kadang saya suka heran dan ga bisa mengerti kalau ada dua orang yang sama-sama memutuskan menikah secara baik-baik, membangun rumah tangga, karena saling cinta dan sudah siap lahir batin, tapi ujung-ujungnya cerai juga setelah bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun menikah. Kadang kalau melihat hal-hal seperti ini bikin saya trauma. Takut untuk menikah (walaupun sebenarnya pengen, hehehe..).
Tapi semoga saja, kalau suatu saat saya memutuskan atau diminta seseorang untuk menikah (ga tau deh sama siapa... semoga orangnya baca :-p *ngarep*), itu hanya akan terjadi sekali dan untuk selamanya. Just like my mom did. Amen.
Friday, January 06, 2012
mood swings
Damn!
It seems like the weather knows exactly what I feel inside. One moment the sun shines, then suddenly the rain falls.
And I call it mood swings.
But I am quite sure that there will always be rainbows after the rain.
Somewhere, somehow.
Wednesday, January 04, 2012
Cerita akhir dan awal tahun
Tahun baru kemarin saya punya cerita yang sangat luar biasa. Saya menyebutnya yang tak terlupakan. Unforgettable! Bisa jadi konyol. Pengen nangis juga ketawa ngakak tiap kali ingat apa yang saya alami kemarin. It was just remarkable!
Jadi, seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, pergantian tahun akan saya habiskan di Pulau Pramuka dengan rombongan dari klub diving Hammerhead untuk ujian sertifikasi. Dengan berbekal semangat '45, sekitar jam 6.30 pagi berkumpulah kami, rombongan yang kurang lebih terdiri dari 15 orang (saya, Robin, Bee, *Wawan/Buntal/Raras beserta para instruktur dan peserta lainnya), di pelabuhan Muara Angke. Ini pertama kalinya saya merasakan berangkat dari Muara Angke (biasanya dari Marina cyiiiinn..). Pertama kalinya juga bagi Robin pergi ke kepulauan seribu.
Seperti sudah diduga, pagi itu Muara Angke rameeeeeeeee bangeeeeeettt. Macam musim mudik, ribuan orang berjubel di sana. Disambut dengan cuaca gerimis-gerimis mengundang, bikin jalanan jadi becek-becek banjir. Ditambah bau amis makhluk laut bercampur lumpur dan aroma tak sedap dari perairan yang kotor, inilah awal dari 'kesenangan' kami.
Kalau mood saya lagi acak kadut, mungkin saat itu juga saya bakalan milih pulang dan pergi lain waktu aja. Tapi, karena keinginan untuk nyebur ke laut udah menggebu-gebu, saya memilih untuk tetap santai dan menikmati setiap momen hari itu. Sayangnya, hari itu malah jadi semakin parah. Saking ramenya, semua orang dalam sekejap berubah jadi bar-bar. Setiap ada kapal datang, semua langsung berkerubung dan rebutan dulu-duluan naik ke kapal. Karena rombongan kami yang banyak, barang bawaan yang juga ga sedikit dan berat (karena bawa peralatan selam), kami ga bisa segesit orang-orang lain. Alhasil, jadilah kami terdampar selama kurang lebih 10 jam di Muara Angke, saudara-saudara!!!!
Ya, selama itu. Bisa dibayangkan, sudah berapa kali kami ganti gaya di sana. Dari mulai berdiri, jongkok, foto-foto, duduk, berdiri lagi, tidur, foto-foto lagi, sampe berdiri sambil tidur, kami lakukan di sana. Dari mulai basah kehujanan, kering, basah keringetan karena terjemur matahari sampe akhirnya badan kami terpanggang well done seluruhnya dan siap disantap. Gilaaaaaaaaaa........ Bahkan bau Muara Angke pun sepertinya sudah menyatu dengan bau badan kami.
Baru sekitar jam 4 sore kami dapat kapal menuju Pramuka. Kapal Dolphin namanya. Itupun masih berebutan dengan sisa-sisa manusia amis lainnya yang terdampar di Angke. Masuk kapal, saya, Robin, Bee dan Wawan dapat duduk di sebelah abege-abege alay yang ga jelas banget mau ngapain sama hidupnya. Kenapa saya bilang gitu? Ini alasannya (percakapan yang saya dan Wawan dengar di antara mereka) :
Alay 1 : "Eh ini kapal ke mana sih?"
Alay 2 : "Iya ke pulau apa nih kita?"
Alay 3 : "Gue ga peduli deh ke pulau apa aja. Yang penting gue taun baruan di Pulau"
Saya dan Wawan : *Waaakkwaaaoooo.... Eeeeeaaaaaa... Teeerooorreeeett toooreeettt.... -_____-"*
Denger yang kyak gitu rasanya pengen saya jitak-jitakin satu-satu kepala bocah-bocah itu. Well, saat itu saya pikir "yaudalah yaaa, cuma 3 jam ini di perjalanan sama mereka. Bodo amat deh." Dan ternyata saya salah besar. Sepertinya kata-kata expect the unexpected tepat banget untuk menggambarkan hari itu. Baru satu setengah jam perjalanan, kapalnya mogok. Dan kami pun terombang-ambing di tengah laut.
Singkat cerita, setelah beberapa lama terombang-ambing, datanglah bala bantuan kapal-kapal kecil buat ngangkut dan ngurangin kapasitas penumpang di Dolphin. Kapal kami akhirnya menepi di Pulau Untung Jawa selama sekitar 45 menit untuk diperbaiki. Selama kapal diperbaiki, saya dan rombongan bisa bernapas sedikit lebih lega. Bisa mengisi perut sambil duduk-duduk menghirup udara laut dari pinggir pantai, sebelum melanjutkan perjalanan.
Dan satu jam sebelum pergantian tahun, saya dan rombongan akhirnyaaaaaa tiba juga di tempat tujuan. Pengen langsung sujud syukur cium tanah rasanya bisa sampe juga dengan selamat. Bayangin aja, perjalanan yang kami tempuh hari itu sebanding dengan perjalanan Jakarta-Amsterdam dengan pesawat terbang. Perasaan saya udah campur aduk sama seperti isi perut dan otak saya yang teraduk-aduk dan berceceran selama perjalanan di laut dengan ombak lumayan besar. Saya dan rombongan pun langsung menuju penginapan, makan malam, mandi dan tepat jam 12 saling mengucapkan selamat tahun baru, sebelum akhirnya pergi tidur.
Besoknya, hari pertama di tahun 2012, jam 6 kurang kami sudah dibangunkan untuk bersiap-siap pergi menyelam. Yeeeaayyy!! Karena waktu banyak terbuang di hari sebelumnya, jadilah hari itu kami harus bergerak lebih cepat. Untuk ujian sertifikasi minimal kami harus dapat 3 kali menyelam. Sedihnya hari itu Bee jatuh sakit. Fisiknya drop karena perjalanan yang kami alami hari sebelumya. Bee terpaksa harus istirahat di penginapan dan ikut ujian pada trip selanjutnya. (Tetap semangat, Buns! :-) )
Setengah hari pertama di tahun baru saya habiskan kembali di tengah laut untuk ujian menyelam. Tiga kali menyelam lumayan membayar apa yang sudah saya alami hari sebelumnya. Saya senang! Ujian saya berjalan lancar, tanpa ada gangguan berarti. Pencapaian pertama saya di tahun ini : Punya diving license! ^_^ *walaupun belum beneran dipegang barangnya* Puas juga akhirnya bisa ngelakuin dan ngedapetin yang saya udah lama mau. Hehehe.
Dan tepat jam 5 sore hari itu, kami kembali naik kapal menuju Muara Angke. Untungnya perjalanan pulang ga pake mogok-mogok segala. Walaupun pake rusuh juga pas naik kapal, tapi semuanya jauh lebih aman dibanding waktu berangkat. Perjalanan pulang pun hanya makan waktu 2,5 jam saja. Alhamdulillah. Masih ada aja yang bisa disyukuri, kan? Semoga aja kelancaran di awal tahun yang saya dapat, bisa terus bertahan jadi keberuntungan dan kelancaran untuk saya di sepanjang tahun dalam segala hal.
So, this is my story. What's yours?
-Gie-
Notes:
*Wawan/Buntal/Raras : sejenis makhluk jadi-jadian dari dalam laut, yang saya kenal lewat Bee.
- Foto-foto lainnya mungkin menyusul nanti :)
Jadi, seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, pergantian tahun akan saya habiskan di Pulau Pramuka dengan rombongan dari klub diving Hammerhead untuk ujian sertifikasi. Dengan berbekal semangat '45, sekitar jam 6.30 pagi berkumpulah kami, rombongan yang kurang lebih terdiri dari 15 orang (saya, Robin, Bee, *Wawan/Buntal/Raras beserta para instruktur dan peserta lainnya), di pelabuhan Muara Angke. Ini pertama kalinya saya merasakan berangkat dari Muara Angke (biasanya dari Marina cyiiiinn..). Pertama kalinya juga bagi Robin pergi ke kepulauan seribu.
Seperti sudah diduga, pagi itu Muara Angke rameeeeeeeee bangeeeeeettt. Macam musim mudik, ribuan orang berjubel di sana. Disambut dengan cuaca gerimis-gerimis mengundang, bikin jalanan jadi becek-becek banjir. Ditambah bau amis makhluk laut bercampur lumpur dan aroma tak sedap dari perairan yang kotor, inilah awal dari 'kesenangan' kami.
(begini nih suasana Muara Angke,, Yucks!)
Kalau mood saya lagi acak kadut, mungkin saat itu juga saya bakalan milih pulang dan pergi lain waktu aja. Tapi, karena keinginan untuk nyebur ke laut udah menggebu-gebu, saya memilih untuk tetap santai dan menikmati setiap momen hari itu. Sayangnya, hari itu malah jadi semakin parah. Saking ramenya, semua orang dalam sekejap berubah jadi bar-bar. Setiap ada kapal datang, semua langsung berkerubung dan rebutan dulu-duluan naik ke kapal. Karena rombongan kami yang banyak, barang bawaan yang juga ga sedikit dan berat (karena bawa peralatan selam), kami ga bisa segesit orang-orang lain. Alhasil, jadilah kami terdampar selama kurang lebih 10 jam di Muara Angke, saudara-saudara!!!!
Ya, selama itu. Bisa dibayangkan, sudah berapa kali kami ganti gaya di sana. Dari mulai berdiri, jongkok, foto-foto, duduk, berdiri lagi, tidur, foto-foto lagi, sampe berdiri sambil tidur, kami lakukan di sana. Dari mulai basah kehujanan, kering, basah keringetan karena terjemur matahari sampe akhirnya badan kami terpanggang well done seluruhnya dan siap disantap. Gilaaaaaaaaaa........ Bahkan bau Muara Angke pun sepertinya sudah menyatu dengan bau badan kami.
Baru sekitar jam 4 sore kami dapat kapal menuju Pramuka. Kapal Dolphin namanya. Itupun masih berebutan dengan sisa-sisa manusia amis lainnya yang terdampar di Angke. Masuk kapal, saya, Robin, Bee dan Wawan dapat duduk di sebelah abege-abege alay yang ga jelas banget mau ngapain sama hidupnya. Kenapa saya bilang gitu? Ini alasannya (percakapan yang saya dan Wawan dengar di antara mereka) :
Alay 1 : "Eh ini kapal ke mana sih?"
Alay 2 : "Iya ke pulau apa nih kita?"
Alay 3 : "Gue ga peduli deh ke pulau apa aja. Yang penting gue taun baruan di Pulau"
Saya dan Wawan : *Waaakkwaaaoooo.... Eeeeeaaaaaa... Teeerooorreeeett toooreeettt.... -_____-"*
Denger yang kyak gitu rasanya pengen saya jitak-jitakin satu-satu kepala bocah-bocah itu. Well, saat itu saya pikir "yaudalah yaaa, cuma 3 jam ini di perjalanan sama mereka. Bodo amat deh." Dan ternyata saya salah besar. Sepertinya kata-kata expect the unexpected tepat banget untuk menggambarkan hari itu. Baru satu setengah jam perjalanan, kapalnya mogok. Dan kami pun terombang-ambing di tengah laut.
(mulai stress selama menunggu dan di atas kapal)
Dan satu jam sebelum pergantian tahun, saya dan rombongan akhirnyaaaaaa tiba juga di tempat tujuan. Pengen langsung sujud syukur cium tanah rasanya bisa sampe juga dengan selamat. Bayangin aja, perjalanan yang kami tempuh hari itu sebanding dengan perjalanan Jakarta-Amsterdam dengan pesawat terbang. Perasaan saya udah campur aduk sama seperti isi perut dan otak saya yang teraduk-aduk dan berceceran selama perjalanan di laut dengan ombak lumayan besar. Saya dan rombongan pun langsung menuju penginapan, makan malam, mandi dan tepat jam 12 saling mengucapkan selamat tahun baru, sebelum akhirnya pergi tidur.
Besoknya, hari pertama di tahun 2012, jam 6 kurang kami sudah dibangunkan untuk bersiap-siap pergi menyelam. Yeeeaayyy!! Karena waktu banyak terbuang di hari sebelumnya, jadilah hari itu kami harus bergerak lebih cepat. Untuk ujian sertifikasi minimal kami harus dapat 3 kali menyelam. Sedihnya hari itu Bee jatuh sakit. Fisiknya drop karena perjalanan yang kami alami hari sebelumya. Bee terpaksa harus istirahat di penginapan dan ikut ujian pada trip selanjutnya. (Tetap semangat, Buns! :-) )
Setengah hari pertama di tahun baru saya habiskan kembali di tengah laut untuk ujian menyelam. Tiga kali menyelam lumayan membayar apa yang sudah saya alami hari sebelumnya. Saya senang! Ujian saya berjalan lancar, tanpa ada gangguan berarti. Pencapaian pertama saya di tahun ini : Punya diving license! ^_^ *walaupun belum beneran dipegang barangnya* Puas juga akhirnya bisa ngelakuin dan ngedapetin yang saya udah lama mau. Hehehe.
Dan tepat jam 5 sore hari itu, kami kembali naik kapal menuju Muara Angke. Untungnya perjalanan pulang ga pake mogok-mogok segala. Walaupun pake rusuh juga pas naik kapal, tapi semuanya jauh lebih aman dibanding waktu berangkat. Perjalanan pulang pun hanya makan waktu 2,5 jam saja. Alhamdulillah. Masih ada aja yang bisa disyukuri, kan? Semoga aja kelancaran di awal tahun yang saya dapat, bisa terus bertahan jadi keberuntungan dan kelancaran untuk saya di sepanjang tahun dalam segala hal.
So, this is my story. What's yours?
-Gie-
Notes:
*Wawan/Buntal/Raras : sejenis makhluk jadi-jadian dari dalam laut, yang saya kenal lewat Bee.
- Foto-foto lainnya mungkin menyusul nanti :)
Selamat Datang 2012...
Ada perasaan membuncah tiap kali tahun berganti. Senang, sedih, terharu, excited, worried, campur jadi satu setiap kali mengingat apa yang udah terjadi di tahun sebelumnya dan apa yang diharapkan akan terjadi di tahun berikutnya. Yah, harapan saya sih semoga semuanya baik-baik saja di tahun 2012 ini. Semoga saya tetap bisa bertualang sepanjang tahun ini. Menambah pengalaman, istilahnya. (Uhm,, ini berarti harus menabung lebih kencang lagi. Hahahahaa.)
Saya belum punya resolusi apa-apa di tahun ini. *tampar diri sendiri* Belum sempat memikirkan lebih tepatnya. Oh, baru aja kepikiran satu resolusi : Harus bisa nabung lebih banyak!! Hehehe...Tapi yang pasti, saya ingin supaya di tahun 2012 ini saya bisa lebih bahagia lagi dibanding sebelumnya dan juga bisa membahagiakan orang-orang di sekitar saya. "Amiiin ya Allah!"
Dan untuk saat ini ijinkan saya mengucapkan :
Saya belum punya resolusi apa-apa di tahun ini. *tampar diri sendiri* Belum sempat memikirkan lebih tepatnya. Oh, baru aja kepikiran satu resolusi : Harus bisa nabung lebih banyak!! Hehehe...Tapi yang pasti, saya ingin supaya di tahun 2012 ini saya bisa lebih bahagia lagi dibanding sebelumnya dan juga bisa membahagiakan orang-orang di sekitar saya. "Amiiin ya Allah!"
Dan untuk saat ini ijinkan saya mengucapkan :
HAPPY NEW YEAR TO ALL OF YOU!!
WISHING YOU ALL A VERY HAPPY NEW YEAR 2012...
Subscribe to:
Posts (Atom)